Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencicipi Melon Ashimori, Wow! Rasanya "Pecah" di Mulut

Kompas.com - 15/12/2016, 12:42 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Selain panoramanya, Jepang juga terkenal dengan produksi berbagai buah yang berkualitas.

Salah satu daerah penghasil buah berkualitas tinggi di Jepang adalah Okayama.

Jika berwisata di Okayama, Anda bisa mengunjungi tempat budidaya melon di Ashimori. Melihat produksi dan mencicipi lezatnya melon.

Daerah itu terkenal sebagai penghasil melon premium yang dikirim ke berbagai daerah di Jepang.

Ada dua jenis melon yang diproduksi Ashimori, yakni melon hijau dan melon madu. Melon hijau menjadi produksi utama.

(BACA: Menyusuri Korakuen, Taman Paling Cantik di Jepang)

Kami diajak melihat salah satu lahan milik petani melon hijau yang berada di dataran tinggi. Di sana, wisatawan dijelaskan secara singkat mengenai budidaya melon.

SANDRO GATRA/KOMPAS.com Rumah kaca tempat budidaya melon di Ashimori, Jepang.
Untuk menghasilkan melon yang lezat, petani harus memperhatikan betul proses produksi.

Pohon melon tumbuh di dalam rumah kaca. Di lokasi yang kami singgahi, ada puluhan rumah kaca.

Umur pohon di setiap rumah kaca berbeda-beda. Jadi, panennya tidak bersamaan. Air, suhu ruangan, kelembaban, kualitas bibit dan tanah betul-betul diperhatikan.

Suhu di dalam rumah kaca itu diatur tetap 20 derajat. Suhu itu lebih hangat dibanding di luar ruangan yang bisa mencapai sekitar 10 derajat ketika musim dingin.

Tanah yang digunakan pun khusus. Tanah itu melewati proses pembakaran agar gembur.

Mulai dari benih hingga bisa dipanen membutuhkan waktu tiga bulan. Satu pohon hanya menghasilkan satu buah melon.

Ketika dipanen, melon Ashimori memiliki berat 1,3 kg dan diameter 15 cm.

Untuk menikmatinya, potongan melon disarankan dimasukkan ke dalam kulkas terlebih dulu antara 3-5 jam sebelum dimakan.

SANDRO GATRA/KOMPAS.com Melon yang dihasilkan petani di Ashimori, Jepang.
Kami disuguhkan potongan melon dingin. Tampilan luar, daging melon hijau relatif tebal dan sedikit basah. Tekstur dagingnya berbeda dengan melon yang biasa dijual di Indonesia.

Saya penasaran untuk mencobanya. Ahh, rasanya "pecah" di mulut.

Lembut, kesan pertama begitu gigi mengunyah melon. Manisnya air dari daging melon meleleh di mulut. Benar-benar Oishii (lezat).

Berapa harganya? Saya tercengang mendengar harganya. Jika membeli langsung dari kebun, satu melon dihargai 2.500 yen atau Rp 287.500 (1 yen = Rp 115).

Jika sudah masuk ke pasar, harga melon sampai dua kali lipat atau sekitar Rp 575.000 per buah. Melon itu akan dimasukkan kedalam kotak khusus agar tidak rusak.

Melon produksi petani juga bisa dibeli ketika festival di Ashimori yang biasa digelar pada bulan Oktober setiap tahun.

Untuk saat ini, melon Ashimori hanya dipasarkan di wilayah Jepang. Namun, petani bersedia mengekspor jika ada pesanan dari negara lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com