Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ida Wahyuni, Memanggil Wisatawan ke Desa Setanggor

Kompas.com - 10/02/2017, 21:31 WIB

Hasilnya, sejak peluncuran pada September 2016 hingga Januari 2017, wisatawan asal Jakarta, Semarang, Malaysia, Norwegia, Perancis, Islandia, Australia, Inggris, Sri Lanka, dan Swedia berdatangan ke Setanggor. ”Saat ini kami kedatangan 30 wisatawan Eropa,” ujar Ida.

Sesuai dengan promosi tadi, Ida membangun pariwisata desa itu tanpa bantuan modal lembaga perbankan. Dia memanfaatkan modal sosial, yaitu dukungan semua kalangan, tokoh agama dan adat serta generasi muda.

”Saya katakan pariwisata ini gawe bersama, dari, oleh, dan untuk masyarakat.”

Dalam proses ”pengenalan” itu, Ida menghadapi hambatan dan tantangan. Apalagi persepsi masyarakat tentang dunia pariwisata yang dinilai dapat memengaruhi efek sosial dan budaya lokal masyarakat.

Ada juga pihak yang terancam kegiatan usahanya dengan branding halal tadi. Namun, dengan itikad baik, Ida tetap optimistis untuk membalikkan persepsi tersebut.

Caranya, dia mulai dari yang sederhana: setiap wisatawan asing dan domestik disediakan sarung tenun atau busana adat saat melakukan tur.

”Ini untuk mengakomodasi pendapat dan sikap masyarakat yang umumnya tidak terbiasa melihat perempuan bercelana pendek di sini,” katanya.

Ida pun harus merogoh kocek sendiri sebesar Rp 20 juta untuk pengadaan busana adat hingga fasilitas fisik beberapa obyek kunjungan.

Uang itu dia sisihkan dari hasil usaha beberapa perusahaannya di bidang informasi dan telekomunikasi yang dikelolanya.

Pemasukan dari penjualan paket tur diatur agar semua pihak yang terlibat, seperti 32 anggota Karang Taruna, juga anggota Kelompok Sadar Wisata, kecipratan rezeki dari paket tur yang dijual Rp 300.000 per orang kepada wisatawan itu.

Penabuh gamelan yang menyambut kedatangan wisatawan di titik start tur pun mendapat uang jasa Rp 45.000 per orang dari setiap wisatawan. Setiap kusir cidomo mendapatkan Rp 30.000 per wisatawan sekali tur.

Demikian juga para petenun kebagian rezeki dari produk selendang yang dibeli seharga Rp 25.000 per lembar yang diselendangkan kepada setiap turis yang datang.

Merujuk nama desa itu, Setanggor (artinya, ’memanggil’), desa tersebut kini sedang menggeliat memanggil kedatangan wisatawan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com