Selain itu, ada juga sedekah orong atau syukuran setelah tanam padi. Ada pula permainan tradisional seperti badempak atau sepak kaki dan baguntung atau bermain musik menggunakan lesung yang biasa digunakan untuk menumbuk padi.
Masih terjaganya adat dan budaya di desa itu membuat Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat menetapkan Mantar sebagai Desa Wisata Budaya.
Agar semakin kuat, menurut Kepala Bidang Promosi Dinas Pariwisata Sumbawa Barat Abdurrahman, selain mendorong pelestarian tata cara kehidupan masyarakat tradisional yang pernah ada, mereka juga akan menggali dan mengangkat kembali ciri khas lain dari Mantar, seperti kerajinan.
”Kehidupan masyarakat Mantar yang tak biasa menggunakan kendaraan bermotor, melainkan berkuda, juga akan diangkat. Kegiatan berkuda akan menjadi bagian dari pengembangan wisata budaya di Mantar. Semua itu akan ditunjang keberadaan area parayalang dan lanskap keindahan alam dari ketinggian,” kata Abdurrahman.
Abdurrahman menambahkan, sebagai bentuk promosi untuk Mantar, pada 5 April akan digelar Festival Pesona Mantar yang merupakan rangkaian Festival Pesona Tambora 2017.
Sejumlah kegiatan akan digelar, seperti barapan (balapan) kerbau dan ayam, pentas seni, lomba paralayang, dan lomba sepatu roda untuk anak. (ISMAIL ZAKARIA)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 April 2017 di halaman 24 dengan judul "Mantar, Eksotisme "Negeri di Atas Awan"".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.