Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mi Ongklok Menembus Batas Negara

Kompas.com - 27/04/2017, 09:47 WIB

Waluyo mengatakan, secara umum, tidak ada yang berbeda dari yang ditawarkan oleh warung-warung lain.

Dia hanya berusaha menjaga agar cita rasa tetap bertahan sama dengan memakai peralatan, teknik memasak, bumbu, bahan—termasuk bahan pelengkap—yang sama dengan yang dipakai oleh mendiang ayahnya.

Selain memakai saringan bambu, dia pun hingga kini tetap memakai kecap produksi industri rumah tangga, yang diproduksi oleh kerabatnya sendiri. Selain itu, dia pun juga konsisten memakai mi produksi rumah tangga merek tertentu dari Purwokerto.

”Kalau memakai produk-produk merek lain, saya khawatir rasanya akan berubah,” ujarnya.

Diserbu pembeli

Waluyo mengatakan, kemahiran ayahnya, Samsudin, meracik mi ongklok didapatkan dengan belajar secara khusus pada seorang pedagang mi ongklok keliling.

”Ilmu” dan ”pembelajaran khusus” yang dilakukan mulai tahun 1960-an inilah, yang kemudian diteruskan Waluyo dan melekat menjadi cita rasa unik mi ongklok Longkrang hingga kini.

Keunikan rasa inilah yang menggiring banyak orang datang dan menghabiskan sekitar 1.000 porsi mi ongklok per hari dan bahkan pada akhir pekan, bahkan mencapai 5.000 porsi per hari!

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com