Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saulak, Tradisi Pra-nikah nan Mistis Suku Mandar di Banyuwangi

Kompas.com - 29/04/2017, 21:30 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

Setelah Saulak dilakukan pada calon pengantin perempuan, dilanjutkan pada calon pengantin pria dengan proses yang sama. Nampan yang menempel di perut calon pengantin pria yang bernama Achmad Fahrul digeser dengan mudah oleh ayah kandungnya yang hadir pada adat Saulak.

Kepada Kompas.com, Fahrul mengaku merasakan jika nampan menempel kuat diatas perutnya.

"Sepertinya nggak percaya tapi ya nyata. Untung nggak lama," katanya sambil tersenyum.

Ia mengatakan tidak masalah harus mengikuti adat yang dimiliki oleh calon istrinya. "Saat memutuskan menikah keluarga calon istri bilang jika nanti di-saulak. Saya sempat cari tahu apa itu Saulak dan keluarga besar saya juga tidak mempermasalahkannya. Beda suku kan beda adat," jelasnya.

Samsul Arifin, tokoh Suku Mandar yang ada di Banyuwangi yang juga ayah kandung calon pengantin perempuan mengatakan Saulak asalah salah satu adat yang masih dilestarikan oleh masyarakat Banyuwangi yang masih memiliki darah keturunan Mandar.

"Ada ratusan kepala keluarga di Banyuwangi yang masih keturunan Mandar Sulawesi dan masih menghidupkan adat Saulak pada saat pernikahan termasuk juga saat anggota keluarga ada yang hamil," katanya.

Warga suku Mandar yang ada di Banyuwangi adalah keturunan Tuk Kapitan yang bermukim di wilayah kerajaan Blambangan yang meninggal pada tahun 1718. Tuk Kapitan adalah gelar yang diberikan Belanda. Nama asli Tuk Kapitan adalah Tuk Yasmin dan dia yang memimpin seluruh warga suku Mandar yang tinggal di wilayah Kerajaan Blambangan yang menjadi cikal bakal Kabupaten Banyuwangi.

Menurut Samsul, masyarakat di kerajaan Blambangan dikotak-kotakkan sesuai dengan sukunya dan masing masing dipimpin oleh ketua suku. "Saat itu ada Tuk Arab dan Tuk Cina. Jika ada yang ingin berkunjung harus izin dengan ketuanya masing-masing. Itu sebagai upaya pecah belah. Jika bersatu kan Belanda akan mudah dikalahkan," kata Samsul.

Saat ini ada sekitar 500 kepala keluarga Suku Mandar yang menyebar di wilayah Kabupaten Banyuwangi dan mayoritas tinggal di daerah pesisir. Selain Saulak, ada yang masih dijalankan oleh warga suku Mandar yang ada di Banyuwangi adalah melarung sesaji saat ada kejadian yang berkaitan dengan siklus kehidupan.

Samsul mencontohkan saat cucunya akan lahir, dia melarung sesaji seperti kembang telon ke pesisir laut. "Alhamdulilah setelah larung sesaji, bayinya lancar lahirnya. Padahal sebelumnya keluarga menunggu lama tapi bayinya tidak lahir-lahir. Ini adalah adat dan sampai kapan pun akan tetap kami lakukan dan kami wariskan kepada keturunan Mandar yang ada di Banyuwangi," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com