Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gintangan, dari Pelarian Perang sampai Bambu untuk Kerajinan

Kompas.com - 15/05/2017, 09:03 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

Saat itu, Madrawuh sendiri yang menjual barang kerajinannya sampai keluar kota Banyuwangi. Jumlah perajin di Desa Gintangan semakin banyak ketika pegawai Madrawuh bekerja mandiri.

"Pegawai bapak kebanyakan warga sini saja. Ada yang sudah pintar kemudian buka sendiri akhirnya ya menyebar hingga seluruh desa," jelas Amanto.

Dari cerita almarhum bapaknya, lanjut Amanto, keahlian membuat bambu didapatkan dari seorang perajin bambu yang berasal dari Kecamatan Giri. Ia mengatakan, kerajinan anyaman bambu disukai oleh banyak orang karena hasil pengerjaannya halus dan rapi.

Selain itu banyak model yang bisa dibuat oleh perajin yang ada di Gintangan. "Saya sempat ada pesanan ke Belanda untuk membuat gantungan kunci sebanyak 10 ribu buah. Beberapa bulan lalu malah kirim hantaran ke Arab satu kontainer yang isinya hampir sekitar 7 ribu buah," jelasnya.

Sementara itu, Untung Hermawan (46) salah satu perajin anyaman bambu di Gintangan menuturkan ada belasan motif dasar yang dimiliki desa Gintangan antara lain liris, liris miring, pipil, pipil kombinasi, pipil miring, druno, matapuro, truntum, truntum bintang, matahari dan cakar gagak.

Dari motif-motif dasar tersebut, menurut Untung, bisa dikombinasikan dan menghasilkan ratusan jenis kerajinan.

"Contohnya satu benda saja yaitu kap lampu bisa berbagai macam model dan juga anyaman yang digunakan. Itu baru kap lampu belum lagi rantang, hantaran, tempat kuah tudung saji dan barang lainnya," jelasnya.

Untuk bambu yang digunakan adalah jenis bambu apus yang didapatkan dari daerah di luar desa seperti Sempu dan Genteng. Biasanya, stok bambu akan diantarkan rutin ke Desa Gintangan.

FIRMAN ARIF Kepala Desa Rusdianah (paling kiri) bersama ibu-ibu menganyam bambu dalam rangka Festival Bambu 2017 di Desa Gintangan, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (12/5/2017).
"Sebelum dianyam atau dijadikan bentuk kerajinan, bambu tersebut juga ada perlakaun khusus dan dikerjakan secara detail. Hal itulah yang membuat produksi kerajinan bambu dari Desa Gintangan menjadi sangat berkualitas," katanya.

Namun masalah yang muncul adalah jumlah perajin anyaman bambu di Desa Gintangan mulai menurun karena pemuda desa lebih memilih bekerja di Bali.

Dia berharap dengan adanya Festival Bambu akan muncul ketertarikan anak-anak muda untuk meneruskan tradisi menganyam di Desa Gintangan.

"Menganyam tidak perlu dijadikan pekerjaan utama. Bisa dilakukan sambil menonton televisi atau bisa juga sambil mengasuh anak. Dan memang yang terbanyak menganyam bambu ini dari ibu rumah tangga dan biasanya laki-laki yang finishing," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com