Kendati demikian, ia tetap memesan untuk beberapa perjalanan dalam tiga bulan ke depan menggunakan kereta prioritas tersebut. Karena setiap bulan ia perlu pulang pergi Jakarta-Yogyakarta.
Sedangkan Tia (48), mengatakan banyak yang harus dibenahi dari fasilitas kereta ini. Ia menduga SOP kereta tersebut belum siap untuk mengoperasikan kereta dengan titel prioritas. Ia mencontohkan, salah satunya tempat sampah yang belum tersedia di minibar, padahal minibar tempat penumpang bebas menyeduh kopi dan teh.
"Ini AVOD-nya (audio video on demand) juga, masa filmnya anak-anak dan sudah jadul lagi. Coba lihat maskapai yang harganya lebih murah saja film sama lagunya update," katanya.
Ia yang melakukan perjalan pulang-pergi Jakarta-Yogyakarta dengan kereta prioritas ini juga menyayangkan ketika keberangkatan ke Yogyakarta, gerbong prioritas justru ditaruh di belakang rangkaian. Padahal menurut Tia yang sering bepergian dengan kereta, gerbong paling belakang lebih terasa bergoyang ketika kereta melewati rel yang berkelok.
Di balik beragam kesan tersebut, para penumpang begitu berharap akan kemajuan pelayanan perkeretaapian di Indonesia, khususnya KA. Wisata Prioritas. Sehingga Indonesia tidak kalah dengan negara lain, dan mampu mengakomodir beragam kelas masyarakat secara maksimal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.