Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seblang, Ritual Tari Mistis Berusia Ratusan Tahun di Banyuwangi

Kompas.com - 12/09/2017, 17:04 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

Sembilan danyang tersebut kemudian bersedia pindah dari pohon besar tersebut dengan satu syarat, yaitu harus ada kesenian yang ditampilkan tiap tahun. Namun kesenian tersebut tidak boleh bersuara dan harus dilakukan dengan senyap.

BACA: Kite and Windsurfing di Pulau Tabuhan Banyuwangi Diikuti 13 Negara

 

Mbah Joyo menyetujuinya, dan sembilan danyang tersebut dipindahkan ke gunung Bakungan di Bali, gunung Purwo, gunung Sembulungan, gunung Baluran, gunung Ijen dan gunung Raung serta di tiga sumber mata air yaitu Sukmo Ilang di Olehsari, sumber Galing dan sumber Penawar.

"Setelah dipindahkan, pohon Nogosari bisa ditebang dan wilayah tersebut menjadi pemukiman hingga saat ini," jelasnya.

Janji kepada para danyang kemudian ditepati, mereka menggelar kesenian secara senyap tanpa suara berbeda dengan kesenian lainnya yaitu Gandrung dan Barong. Ruslan menjelaskan nama Seblang berasal dari "Seb" yang berarti diam dan "Lang" yang bermakna langgeng atau abadi.

"Jadi Seblang berarti harus diam atau senyap mulai awal dimainkan sampai berakhir," tambahnya.

Pria kelahiran 1927 tersebut mengaku menjadi pawang Seblang sejak tahun 1967. Saat itu Seblang kembali digelar setelah bertahun-tahun tidak diselenggarakan karena kondisi politik Indonesia dalam keadaan kacau.

 

Ia kemudian menjadi pawang Seblang hingga tahun ini. Untuk menjadi pawang, tidak harus keturunan langsung dari Seblang namun karena bakat alam. Dia sendiri mengaku tidak tahu siapa yang akan menggantikannya jika dia meninggal dunia.

"Berbeda dengan penari Seblang Bakungan yang harus keturunan penari Seblang pertama. Seperti sebuah kerajaan, Raja harus diteruskan oleh pangeran keturunannya. Seperti itu juga penari Seblang tapi bukan untuk pawang," jelasnya.

Dalam setiap babak yang dimainkan di tari Seblang, menurut Ruslan adalah simbol kehidupan manusia mulai lahir, termasuk juga perlengkapan yang disiapkan. Dia mencontohkan "bantal kloso" atau bantal tikar simbol dari sebuah pernikahan, atau boneka yang digendong sebagai simbol anak yang dilahirkan atau kesuburan serta keris yang bawa saat menari sebagai simbol perlawanan.

Sementara lagu lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu klasik bahasa daerah Using seperti Seblang-seblang, Podo Nonton, Dodol Kembang, Nglamat nglimir, Ugo-ugo, Nyurung Dayung, Mancing-mancing, Nandur Kiling, Celeng Mogok, Donsro, dan Perang-perang.

BACA: Banyuwangi Punya Pantai dengan Hutan Cemara nan Rindang

 

Dia juga menceritakan pada jaman dahulu, Seblang digelar semalam suntuk namun saat ini Seblang sudah berakhir sebelum tengah malam. Hal tersebut menyesuaikan dengan kesibukan masyarakat karena pekerjaan.

"Walaupun tidak semalam suntuk tidak mengurangi kesakralan Seblang," tambahnya.

Selain itu babak yang paling ditunggu-tunggu oleh penonton adalah "Adol Kembang" atau menjual bunga. Penonton berebut mendapatkan "Kembang Telon" yang terdiri dari bunga Wongso, bunga Pecari dan bunga Mawar.

Masyarakat percaya jika menyimpan Kembang Telon dari Seblang akan mempermudah jodoh dan memperlancar rejeki. Tahun ini ada dua ribu Kembang Telon yang disiapkan untuk penonton.

"Saya meyakini jika masyarakat bakungan akan terus melestarikan Seblang dan yang membuat saya senang adalah banyak anak muda yang dilibatkan di tradisi ini," pungkasnya sambil tersenyum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com