BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kabupaten Banyuwangi kembali menggelar Festival Gandrung Sewu pada Minggu (8/10/2017). Pagelaran spektakuler yang diselenggarakan enam tahun berturut-turut tersebut melibatkan 1.286 penari. Mereka menari diiringi dengan musik secara langsung di Pantai Boom, di hadapan ribuan wisatawan yang hadir.
Tahun ini, Festival Gandrung Sewu mengambil segmen "Kembang Pepe" yang diambil dari salah satu judul Gending Klasik Gandrung Banyuwangi. Selama enam tahun dihelat, Gandrung Sewu selalu mengambil tema dari gending Gandrung Klasik.
Gending "Kembang Pepe" sendiri adalah salah satu gending yang wajib dinyanyikan pada kesenian Gandrung di segmen ketiga yaitu Seblang-Seblang. Selain "Kembang Pepe" ada empat gending lainnya yang wajib dinyanyikan pada segmen ketiga yaitu Seblang Lukento, Sekar Jenang, Sondreng-sondreng dan Kembang Dirmo.
BACA: Ke Banyuwangi, Didik Nini Thowok Belajar Tari Gandrung
Kembang berarti bunga, sedangkan Pepe dalam bahasa daerah Using berarti dijemur. Kembang Pepe sendiri adalah lambang atau prasemon untuk para penari Gandrung yang saat ini berkeliling keluar masuk hutan, berpanas-panasan mengumpulkan masyarakat Kerajaan Blambangan yang terpisah dan tercerai berai karena peperangan. Gandrung yang berarti "jatuh cinta" adalah salah satu kesenian sebagai sarana perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Blambangan pada masa peperangan.
Tari Gandrung sendiri adalah tarian khas Banyuwangi yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pagelaran dimulai dengan munculnya ribuan Gandrung dari arah bibir pantai Boom dengan latar belakang Selat Bali. Dilanjutkan dengan munculnya Barong Using yang juga tampil bersama dengan ribuan penari Gandrung yang didominasi perempuan.
BACA: Gandrung Sewu yang Berjaya di Tanahnya Sendiri
Bukan hanya penari Gandrung, puluhan penari Barong Ja'ripah juga ikut meramaikan perhelatan akbar yang masuk dalam agenda Festival Banyuwangi 2017.
Yang menarik, pada festival Gandrung Sewu juga ditampilkan fragmen perjuangan masyarakat Blambangan melawan penjajah yang digambarkan pada lagu gandrung "Kembang Pepe". Tokoh Mas Alit, bupati pertama Banyuwangi diceritakan sedang menyamar bersama para prajurit menjadi rakyat biasa.
Mereka kemudian berbaur dengan para penjajah untuk berpesta pora. Saat mereka tidak berdaya karena minuman keras, para prajurit menyerang para penjajah. Pada ahir fragmen, diperlihatkan bagaimana Mas Alit memberikan wejangan dan membakar semangat rayatnya untuk berjuang melawan penjajah.
Di tengah-tengah fragmen, para penari Gandrung juga mengajak masyarakat untuk menari bersama, atau biasa dikenal dengan Paju Gandrung.
Di akhir pertunjukan, seribu lebih penari dengan kostum didominasi warna merah menari diiring gending Kembang Pepe di Pantai Boom Banyuwangi. Tepuk tangan meriah dari para pononton mengakhiri pertunjukan spektakuler yang berlangsung sekitar satu jam tersebut.
BACA: Hari Sumpah Pemuda, Gandrung Banyuwangi Tampil di Istana
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan Gandrung Sewu menjadi salah satu festival budaya yang konsisten digelar.