Meskipun untuk urusan tersebut, panitia menyatakan hanya menfasilitasi, dengan negoisasi bisa dilakukan antara pembeli bersama seniman yang bersangkutan secara langsung.
“Cuma dari kesepakatan kami semua kemarin sebelum acara dilaksanakan, kalau ada yang laku terjual maka 25 persen disisihkan untuk keperluan acara. Karena terus terang, kami di sini juga harus bayar biaya sewa gedung selama pelaksanaan acara, dan hanya mendapatkan potongan free dua hari saat pembukaan dan penutupan saja dari pihak pengelola gedung,” terangnya.
Mulai dilirik kaum muda Gresik
Minimnya tontonan kesenian di Gresik yang terkenal dengan sebutan Kota Industri, lebih-lebih pada pameran seni rupa yang digabung dengan lintas kesenian lain, rupanya mendapat perhatian tersendiri dari para remaja di kota setempat.
Dari pantauan Kompas.com, agenda yang biasa digelar pada sore hingga malam hari tersebut tidak pernah sepi dari pengunjung. Terutama pengunjung dari kaum muda Kota Gresik, yang rata-rata masih banyak belum percaya di kotanya juga ada agenda semacam itu.
“Bagus-bagus karyanya, seperti lihat yang biasa ditampilkan di Surabaya, Bandung, Yogyakarta atau Bali. Semoga acara ini bisa rutin digelar setiap tahun, agar penggemar seni tahu di Gresik pun tidak kalah dengan kota-kota lain,” tutur salah satu pengunjung, Sita Yasin (20).
“Kita jadi banyak wawasan seputar kesenian, karena selain pameran seni rupa, juga ada musik, film, tari, dan masih banyak lagi. Dan tak kalah penting, selain teater, juga ditampilkan kesenian khas asli Gresik dalam agenda,” kata Daniel.
Tidak hanya diberikan berupa pengamatan, namun para pengunjung, khususnya para kaum muda diajak untuk ikut berpartisipasi secara langsung. Dari belajar menggambar untuk para bocah TK (Taman Kanak-kanak) hingga SMP (Sekolah Menengah Pertama). Dengan para siswa SMA (Sekolah Menengah Atas) ke atas, diajak untuk belajar melukis mural.