"Vietnam, Vietnam," ujarnya asal jawab ketika ditanya makanan ini disebut apa di Laos. Mungkin ia kira, yang ditanya adalah daerah asal cuttlefish tersebut.
Total 20.000 kip dihabiskan pada sore itu. Kira-kira setara Rp 33.000. Lalu setelah malam datang, area tersebut memang kian ramai. Namun, jangan membayangkan keramaian seperti pasar malam di Indonesia.
Ramainya memang sesekali sedikit ekstrem, tepatnya ramai suara, jika sebuah mobil pikap yang dibikin ceper lewat dengan suara knalpot sport dan suara musik jedang-jedung dari kabinnya. Begitu kira-kira kultur kumpul-kumpul malam hari di pinggir Mekong ini.
Di luar itu, pinggiran sungai dan gang-gang di sekitar tempat penginapan cukup senyap, apalagi jika jarum jam sudah menunjuk pukul 21.00.
Rupanya, Vientiane tidak sebegitu menyala saat malam. Di kota kapital yang hanya berpenduduk satu juta jiwa (DKI Jakarta hampir 11 juta jiwa), sesekali ada kafe yang masih diramaikan oleh orang-orang yang ngobrol.
Kebanyakan dari mereka adalah warga negara Barat usia 50-60 tahun. Cukup banyak warga Barat seusia itu di kawasan turis dekat Sungai Mekong ini. Mungkin senyapnya, alih-alih ketenangan kawasannya, yang membuat mereka betah.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.