Maka tanpa pikir panjang saya segera menyerahkan uang rupee saya kepada Sanjay untuk harga yang dia berikan, dan bergegas lari menuju bus yang sudah menunggu. Ya saya rupanya orang terakhir yang datang.
***
Sampai di hotel, tak sabar saya membuka bungkusan dari Sanjay. Khukuri itu ternyata lebih berat namun juga lebih tajam dari yang saya bayangkan. Setengah narsis, saya memotretnya dan mengunggahnya ke Instagram. Tak berapa lama banyak pesan masuk, sebagian menitip ingin membeli barang yang sama.
Saya sampaikan, buka aja dulu situsnya, pilih yang disuka dan lihat harganya. Saya sendiri mulai menjelajahi situs tersebut dan menemukan banyak barang menarik di sana.
Terbersitlah keinginan untuk menukarkan Sirupate yang saya miliki dengan khukuri sejenis yang lebih panjang.
Malam itu saya menghubungi Sanjay untuk menanyakan kemungkinan menukar barang. Ia menjawab bisa, dan kami janjian bertemu lagi esoknya di waktu yang lebih longgar. Kebetulan hari Kamis, saya dan rekan-rekan dari Indonesia memang berencana kembali ke Thamel.
Kali ini saya punya waktu cukup lama untuk ngobrol dengan Sanjay. Jadi saya sempat melihat-lihat koleksi yang dia punya. Ternyata ada banyak jenis khukuri, baik yang dipakai oleh tentara, maupun untuk upacara dan bertani. Masing-masing memiliki lengkung khas, namun beda ukuran dan hiasan.
Kebanyakan menggunakan gagang dari tanduk kerbau atau kayu. Sebagian lain menggunakan tulang kerbau, serta kulit kerbau sebagai sarungnya. Beberapa jenis yang dipakai upacara, seperti khukuri khotimora yang berhiaskan perak di sarungnya.
Melihat ragam khukuri itu dan cerita yang menyertainya, banyak yang ingin dibeli, namun uang terbatas. Selain itu banyak pula titipan dari teman. Akhirnya saya membeli beberapa titipan sekaligus menukar yang saya punya.
Bagaimana membawanya?
"Ini adalah barang yang biasa dibeli wisatawan. Jadi kami melengkapinya dengan surat-surat dan sertifikat," ujar Sanjay. "Masukkan saja dalam bagasi, namun bawa suratnya bersamamu."
Pada sertifikat yang diberikan, Sanjay menyertakan uang koin rupee. "Kalau kamu menemukan barang serupa atau lebih bagus dengan harganya lebih murah, beritahu saya, dan tukarkan koin ini dengan khukuri yang sama di sini. Ini adalah pecahan terkecil rupee dan jaminan bahwa barang saya lebih murah," kata Sanjay.
Hal itu membuat saya tak ragu membayarnya. Namun saat rupee di dompet dihitung, ternyata kurang 100 rupee. Ah saya sedikit malu. Saya tanya apakah ada tempat penukaran uang, atau bisakah membayar dengan kartu kredit?
Sanjay menjawab, "Jangan pusingkan uang itu. Bawa saja khukurimu. Saya senang kamu bersedia datang ke mari."
Ah, satu lagi kebaikan dari orang Gurkha yang kabarnya ganas dan menyeramkan itu. Saya jadi bertanya-tanya bagaimana orang-orang ramah ini bisa begitu menakutkan di medan perang.
Mungkin benar kata Sir Ralph Turner MC, dari 3rd Queen Alexandra’s Own Gurkha Rifles, “Bravest of the brave, most generous of the generous, never had a country more faithful friends than you”.
Mereka adalah yang paling berani di antara para pemberani, sekaligus paling murah hati di antara yang murah hati...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.