Menurut Werry, untuk membuat banana cake, bahan dasarnya semua adalah lokal dari beberapa Manggarai Raya (Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur). Pembuatan kue itu dilakukan sekitar satu jam lamanya.
"Pisang dan gula merah dari Manggarai Barat, kayu manis dari Manggarai Timur dan kenari dari Manggarai Barat, sehingga kita bilang ini kue khas Labuan Bajo," ujar pria lulusan S1 di Universitas Surabaya dan S2 di Royal Melbourne Institute of Technology, Melbourne, Australia.
Werry mengaku, banana cake diminati oleh wisatawan asing. Sedangkan wisatawan lokal yang tertarik untuk membeli dan dijadikan oleh-oleh, paling banyak berasal dari Jakarta. Harganya pun terjangkau yakni Rp 20.000 per biji.
Harga tersebut, memang sebanding dengan rasa dan kualitasnya. Selain wisatawan, lanjut Werry, banana cake juga digemari oleh sejumlah pejabat daerah. Satu di antaranya adalah Wakil Bupati Manggarai Barat Maria Geong.
"Ibu Wakil Bupati Manggarai Barat sering mampir ke kafe untuk beli banana cake ketika hendak ke Kupang maupun ke luar daerah. Beliau bilang, kue ini jadi oleh-oleh khas dari Labuan Bajo," ucapnya.
Werry menceritakan, banana cake ini mulai dijual di Kafe La Bajo Flores Coffee sejak April 2017. Awalnya, dijual bersama beberapa jenis kue lainnya, namun hanya banana cake yang paling laris dibeli oleh pengunjung, sehingga jenis kue lainnya tidak lagi dijual.
"Kalau musim sepi, paling hanya laku puluhan biji saja. Tapi kalau lagi ramai, bisa terjual hingga ratusan biji banana cake ini," ucapnya.
Karena laris dan banyak diminati banyak pengunjung, pada bulan September 2017, Werry bersama istri kemudian mengikuti lomba oleh-oleh khas daerah yang digelar oleh Blue Band.
Lomba itu dibuka melalui website resmi milik Blue Band. Semua syarat yang ditentukan oleh panitia, dipenuhi oleh Werry, termasuk mengirim foto dan juga kue banana cake ke panitia.
Setelah dilakukan penilaian yang ketat, banana cake, akhirnya dipilih sebagai juara satu tingkat Provinsi NTT. Kue banana cake, kemudian dikirim ke panitia di Jakarta untuk penjurian tingkat nasional. Namun sayang, Werry belum beruntung mendapat juara di tingkat nasional.
"Salah satu hal yang mungkin buat kami kalah, karena nama kue yang terdengar kebarat-baratan, sehingga kami berencana mengganti nama yang lebih ke lokal seperti Kue Pisang Labuan Bajo," ucapnya.
Meski begitu, pada Maret 2018, Werry bersama para juara dari provinsi lainnya, diundang oleh Blue Band dan diberi pelatihan khusus oleh tim pengembangan wisata kuliner dan belanja Kementerian Pariwisata, sejumlah chef (juru masak) terkenal lainnya.