Ini menandakan bahwa kaum perempuan dihormati dan dihargai secara adat terlebih dahulu. Memang nasi baru itu dilarang makan oleh kaum perempuan, hanya mereka diperbolehkan untuk menggosoknya di bagian tubuh.
Ritual ini sangat sakral dalam menghormati kaum perempuan, alam semesta, leluhur dan Sang Pencipta Kehidupan.
Jamuan Bersama Satu Suku
Setelah semua ritual selesai maka dilangsungkan jamuan bersama satu Suku Nggai yang hadir saat itu. Larangannya, "anak laran" (penerima anak gadis) dilarang makan daging ayam yang sudah diritualkan oleh "anak ranar".
Selanjutnya dilangsungkan nyanyian mbata sepanjang malam hingga subuh. Ini sudah menjadi kebiasaan yang diwariskan leluhur secara turun temurun.
Tua adat Suku Nggai, Stefanus Anggal kepada KompasTravel, Selasa (3/4/2018) menjelaskan, ritual ini dilangsungkan setiap tahun pasca-panen padi di ladang maupun di sawah.
Peting Ghan Nalun Weru merupakan warisan leluhur Suku Nggai yang dilaksanakan setiap tahun. Ritual ini sebagai tanda menghormati alam semesta yang menyediakan lahan untuk ditanami berbagai tanaman holtikultura, padi, jagung dan kacang-kacangan.
Selain itu menghargai leluhur yang sudah mewariskan tanah dan menjaga ladang dari masa tanam hingga masa panen. Selanjutnya menghormati Sang Pencipta Kehidupan yang sudah memberikan kehidupan dan rejeki kepada manusia, khususnya warga Suku Nggai.
“Saya selalu laksanakan ritual ini dengan melibatkan seluruh anggota keluarga Suku Nggai. Ini juga bagian dari pendidikan budaya agar ritual-ritual sakral tidak hilang melainkan dilestarikan secara turun temurun dan secara terus menerus setiap tahunnya,” katanya.
Makna Lima Daun Sirih
Menurut Tua adat Suku Nggai, Agustinus Nggose kepada KompasTravel di kediamannya di Kompleks Waelengga, Minggu (8/4/2018), saat menggali makna lima daun sirih di atas nyiru menjelaskan, lima daun sirih yang diletakkan di atas nyiru itu artinya bahwa dalam Suku Nggai di keluarga itu ada lima perempuan dari suku lain yang menikah dengan laki-laki Nggai.
"Makna daun sirih itu simbol kaum perempuan dari suku lain yang menikah dengan laki-laki di Suku Nggai. Memang ritual Peting Ghan Nalun Weru harus dilaksanakan tiap tahun dalam Suku Nggai pasca-panen padi, jagung di ladang dan sawah. Ini juga bagian pendidikan budaya secara langsung diketahui generasi penerus di Suku Nggai," katanya.
Fransiskus Sarong kepada KompasTravel, Rabu (11/4/2018), menjelaskan, orang Manggarai Timur sangat akrab dengan simbol lima. Simbol angka lima merupakan simbol sakral dalam budaya orang Manggarai Timur.
Berbagai ritual adat di Manggarai Timur selalu berhubungan dengan angka lima. Seperti upacara kematian, upacara potong tali plasenta bayi yang baru lahir dengan lampek, bahkan tangga rumah adat orang Manggarai Timur adalah lima.
Ritual adat anak-anak bayi selalu dilaksanakan pada hari kelima serta upacara-upacara lainnya.
"Saya sudah menulis itu selama saya menjadi wartawan Kompas selama 32 tahun. Simbol angka lima sangat bermakna sakral bagi orang Manggarai Timur dalam berbagai upacara adat. Simbol angka lima juga bermakna kesucian, ketulusan dan perdamaian," kata Frans Sarong.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.