Apabila ada anggota lingko yang melanggar maka akan ada malapetaka bagi seluruh tanaman yang ada di dalam lingko tersebut.
Ndakis menjelaskan, adat istiadat Suku Kenge yang diwariskan leluhurnya untuk tidak makan tikus. Untuk itu selama proses penggarapan di lahan Lingko Rumbit sudah ditekankan untuk tidak menangkap dan makan daging tikus.
Ghan Nalun Woja Wole
Puncak dari tradisi Karong Woja Wole untuk mengakhiri masa tanam tahun ini adalah ghan nalun woja wole. Tradisi ini dilangsungkan pada malam hari atau jelang subuh.
Semua anggota Lingko Rumbit berada di dalam Mbaru Meze Suku Gunung bersama-sama untuk melaksanakan ritual Ghan Nalun Woja Wole, makan nasi woja wole dalam sebuah wadah yang sudah disediakan kaum perempuan.
Penggek atau Nyiru besar sebagai wadah untuk menyimpan nalun woja wole dengan campuran daging yang sudah dimasak. Nalun woja wole berada di bagian tengah dan anggota lingko rumbit duduk bersila mengelilingi nyiru atau penggek yang sudah dihidangkan.
Sesudah itu tua adat menginformasikan kepada seluruh anggota lingko rumbit tentang garapan berikutnya di lingko tersebut.
Perempuan sebagai Penopang Utama
Peran kaum perempuan dalam mengurusi tradisi Karong Woja Wole sangat utama. Kaum perempuan di kampung itu sebagai penopang utama untuk menyukseskan ritual.
Mereka sibuk dengan berbagai keperluan, mulai dari mengumpulkan bahan-bahan dari anggota lingko, masak, bersih beras, tumbuk padi serta menyediakan makanan bagi tamu-tamu yang hadir dalam ritual tersebut.