Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Jam Mengelilingi Rumah Budaya Sumba

Kompas.com - 28/08/2018, 11:54 WIB
Markus Makur,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

Saat itu saya memutuskan minum kopi Pastor. Seketika itu Pastor minta karyawannya untuk menyuguhkan kopi.

"Silakan ngobrol dengan tamu saya ini. Saya sedang mengurus persiapan peresmian Museum Tenun Sumba untuk diresmikan 29 Agustus 2018," katanya.

Sambil minum kopi saya berbincang-bincang dengan tamu asal Kenya itu. Selanjutnya tamu itu hendak ke Bandara Tambolaka untuk balik ke Jakarta.

Selanjutnya saya berbincang-bincang dengan pengelola Rumah Budaya Sumba itu. Pertama, Pastor Robert bertanya kapan kita bertemu pertama kali. Saat itu saya menjawab saya belum bertemu Pastor sebelumnya.

"Hari ini saya pertama kali bertemu Pastor. Saya mengenal Pastor dari buku yang dipublikasikan tentang Budaya Sumba melalui foto-foto yang dikumpulkan dalam sebuah buku tersebut," jawab saya.

Mahasiswi Undana Kupang sedang mengunjungi Rumah Budaya Sumba di Weetabula, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT, Kamis (9/8/2018).  KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Mahasiswi Undana Kupang sedang mengunjungi Rumah Budaya Sumba di Weetabula, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT, Kamis (9/8/2018).
Pastor Robert Romane, C.Ss.R kepada KompasTravel, Kamis (9/8/2018) menjelaskan, selama 25 tahun bergelut di dunia fotografi. Berawal dari senang memotret alam, budaya dan rumah adat di Pulau Sumba.

"Saya cetak dalam bentuk post card dan mengirim ke relasi dan teman-teman di luar negeri dan Indonesia," katanya.

Romane menjelaskan, tahun 2004, dirinya menggagas mendirikan Rumah Budaya Sumba dan mengusulkan gagasan itu kepada pembesar Ordo Redemptoris dan mendapatkan persetujuan untuk memulai mendidikan Rumah Budaya Sumba tersebut.

Gagasan itu disetujui untuk mengelola di lahan seluas 50 hektar. Tetapi gagasan itu harus memiliki modal untuk memulai merancang bangunannya. Lalu uang tidak ada.

Romane menjelaskan, gagasan itu ternyata ada jalan keluarnya di mana Yayasan Tirta Utomo membantu sebagai donatur dengan nilai Rp 2,5 miliar untuk memulai membangun gedung Rumah Budaya Sumba hingga berdiri hari ini. Perlahan tapi pasti. Perjuangan itu tahap demi tahap dengan kemampuan apa adanya.

Rumah Budaya Sumba memiliki lambang Cinta dengan huruf C di tengah-tengah rumah budaya tersebut, Weetabula, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT, Kamis (9/8/2018).  KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Rumah Budaya Sumba memiliki lambang Cinta dengan huruf C di tengah-tengah rumah budaya tersebut, Weetabula, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT, Kamis (9/8/2018).
Lalu, Maret 2010, mulai membangun Rumah Budaya Sumba dengan bantuan donatur Yayasan Tirta Utomo. Dan peresmiannya Rumah Budaya Sumba, 22 Oktober 2011.

Mengelola Rumah Budaya Sumba tidaklah gampang. Pasalnya perawatan gedung, serta gaji karyawan membutuhkan dana yang tidak sedikit. Lalu, pengelola membangun vila bagi wisatawan yang berkunjung dan belajar serta meneliti Budaya Sumba.

“Penantian selama tujuh tahun terwujud dengan bangunan Rumah Budaya Sumba dengan berbagai koleksi budaya setempat. Saya sangat mencintai Pulau Sumba. Pulau Sumba sangat indah untuk dijelajahi. Keunikan rumah adat, tradisi Pasola, tarik batu kubur raksasa dari hutan, Kampung Ratenggarong, kampung berada di bibir pantai Samudera Hindia, nilai-nilai budaya Sumba dilestarikan,” katanya.

Romane menjelaskan, sejumlah mahasiswa asal Jerman belajar budaya Sumba di museum Rumah Sumba dan banyak peneliti Indonesia dan asing yang belajar tentang budaya Sumba menginap di Vila Rumah Budaya Sumba.

Pengelola Rumah Budaya Sumba, Pastor Robert Romane, C.Ss.R sedang berjalan di gedung itu, Kamis (9/8/2018).  KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Pengelola Rumah Budaya Sumba, Pastor Robert Romane, C.Ss.R sedang berjalan di gedung itu, Kamis (9/8/2018).
“Rumah Budaya Sumba mengoleksi kain-kain tua di Pulau Sumba. Pulau Sumba sangat kaya akan budaya, alam serta obyek wisata yang tersebar dari Kabupaten Sumba Barat Daya sampai di Kabupaten Sumba Timur,” jelasnya.

Wisatawan asal Kenya, Len Ogembo kepada KompasTravel menjelaskan, budaya Pulau Sumba sangat unik, sistem agrikulturnya, serta pulaunya yang indah.

“Saya sudah beberapa kali ke Pulau Sumba untuk berwisata. Saya sedang menggali informasi tentang hasil bumi di Pulau Sumba,” katanya.

Mau jalan-jalan gratis ke Jerman bareng 1 (satu) teman kamu? Ikuti kuis kerja sama Kompas.com dengan Scoot lewat kuis JELAJAH BERLIN. Ada 2 (dua) tiket pesawat PP ke Jerman, voucher penginapan, Berlin WelcomeCards, dan masih banyak lagi. Ikuti kuisnya di sini. Selamat mencoba!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com