Namun lagi-lagi, relief tersebut sama sekali tidak terawat dan dipenuhi dengan coretan. Ruangan juga terasa lembab. Panel listrik yang terdapat di dinding juga tidak bisa digunakan. Bagian lantai dipenuhi dengan sampah dan daun-daunan
"Harapannya mungkin dulu mirip seperti monas tapi kenyataannya ya jadi seperti ini. Padahal jika dirawat, saya yakin ini bisa jadi sarana belajar untuk mengenal sejarah Fakfak," kata Ida.
Saat pertama kali diresmikan, menurut Ida banyak barang-barang yang dipamerkan di ruang tersebut termasuk senjata, pakaian adat, dan barang-barang yang digunakan oleh masyarakat Fakfak pada zaman dahulu. Namun barang-barang tersebut sudah tidak ada sama sekali di ruangan tersebut.
Selain itu, menurut Ida, dulu ada tangga besi menuju atas ke patung Krapangit Gewab, namun besi tersebut juga sudah hilang. Termasuk kamar mandi, fasilitas di pulau tersebut yang sudah menjadi puing dan tidak bisa lagi digunakan.
Kami pun menyusuri bagian lantai dua, dan ada teras di luar yang bisa digunakan untuk menikmati kota Fakfak diseberang dari ketinggian Pulau Tubir Seram.
Kepada Kompas.com, Ida berharap pemerintah bisa memperbaiki kembali Pulau Tubir Seram sehingga kembali menjadi bumi merah putih dan tempat belajar sejarah tentang Fakfak.
“Fakfak memiliki potensi wisata yang sangat luar biasa seperti pantai yang indah dan juga pala. Namun untuk sejarah memang masih minim. Dan saya pribadi berharap agar pemerintah mengembalikan Pulau Tubir seram ini menjadi bumi merah putih. Tempat kami belajar sejarah,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.