KOMPAS.com - Minat masyarakat Indonesia untuk berlibur ke Korea terus meningkat. Dari catatan Korea Tourism Organization (KTO), jumlah wisatawan Indonesia ke Korea naik 12 persen per Juli 2018 dibanding tahun sebelumnya.
Terhitung dari Januari-Juli 2018 jumlah wisatawan Indonesia ke Korea Selatan mencapai 139.839 orang.
Kompas.com mendapatkan kesempatan dari KTO untuk menjelajahi restoran halal dan sejumlah destinasi wisata di Korea Selatan beberapa waktu lalu.
Berikut sejumlah rangkuman bagaimana Korea Selatan memajukan pariwisatanya, yang bisa ditiru oleh Indonesia.
Saat masuk ke imigrasi bandara Incheon, petugas akan men-scan paspor kita. Lalu, ada sebuah mesin yang tiba-tiba bisa berbahasa Indonesia dan menyuruh kita menempelkan jari ke mesin tersebut.
Sepertinya ini sederhana, namun bagi petugas akan sangat menghemat waktu untuk meminta kita melakukan hal tersebut. Dengan teknologi tersebut, turis dari berbagai negara serasa disambut di Korea.
Penggunaan teknologi lain yang perlu ditiru adalah teknologi presentasi digital. Hal itu dirasakan Kompas.com saat mengunjungi museum Kimchikan di Insadong, Seoul. Museum ini sempit dengan enam lantai.
Baca juga: 4 Tips Mengurus Visa Bagi yang Belum Pernah ke Korea Selatan
Uniknya, cara membuat kimchi dipaparkan ke sebuah meja, seolah-olah meja tersebut layar. Lalu kita bisa membuat kimchi di atas layar tersebut. Sangat sederhana dan mengasyikkan bahkan bagi anak-anak. Tentunya, anak-anak Korea harus belajar mengenai kimchi ini karena sudah menjadi makanan khas mereka.
Cerita-cerita mengenai sejarah makanan, alat-alat yang digunakan, dan sebagainya di musem kimchi tersebut juga dikemas secara digital dengan presentasi yang menarik. Ada pula bonus mencicipi aneka kimchi.
Sebagai tambahan informasi, di Museum Kimchikan Insadong buka dari selasa-Minggu jam 10 pagi sampai jam 6 sore. Biaya tiketnya 5.000 won untuk dewasa dan 3.000 won untuk anak-anak (1 won=Rp 14)
Hal kedua yang menarik adalah maraknya penyewaan hanbok atau pakaian khas Korea di berbagai tempat. Para turis juga tak risih jika menggunakannya berjalan-jalan ke beberapa tempat. Rental hanbok ini tarifnya mulai 5.000 won sampai 50.000 won per dua jam.
Andaikata Indonesia dengan banyaknya suku dan budaya juga memberikan sajian wisata serupa, yakni rental pakaian adat, di sejumlah tempat wisata populernya, mungkin akan jadi daya tarik tersendiri, bukan?