Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Unik soal Gudeg, Penggemar Harus Tahu

Kompas.com - 17/10/2018, 11:05 WIB
Silvita Agmasari,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sajian gudeg disukai oleh banyak orang. Tidak hanya orang Yogyakarta dan sekitar, gudeg juga digemari oleh masyarakat daerah lain.

Cita rasa yang unik yakni gurih, manis, pedas, dan penggunaan sayur serta lauk pauk membuat gudeg menjadi makanan yang tidak sekedar mengenyangkan tetapi juga bergizi. Berikut ini adalah lima fakta menarik soal gudeg:

1. Sejarah Gudeg

Gudeg dijelaskan oleh Profesor sekaligus peneliti di Pusat Kajian Makanan Tradisional, Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM, Murdijati Gardjito sebenarnya sudah ada sejak awal Yogyakarta dibangun.

Baca juga: Mengapa Kebanyakan Gudeg di Yogyakarta Dijual Malam sampai Subuh?

Pada abad ke-16, para prajurit Kerajaan Mataram membongkar hutan belantara untuk membangun peradaban yang kini terletak di kawasan Kotagede. Ternyata di hutan tersebut banyak terdapat pohon nangka dan kelapa.

Lantas para prajurit mencoba memasak nangka dan kelapa dengan ember logam besar dan diaduk menggunakan pengaduk besar layaknya dayung perahu.

Baca juga: Akhir Pekan di Yogyakarta, Cicipi 6 Gudeg Legendaris Ini

Proses mengaduk itu disebut hangudek, asal usul kata gudeg. Dari masakan tidak disengaja itu lantas menjadi salah satu identitas Yogyakarta.

2. Gudeg Makanan Segala Golongan

Tidak hanya masyarakat dengan ekonomi mapan yang dapat menyantap gudeg. Seluruh golongan masyarakat dapat membuat dan menyantap gudeg sendiri, karena gudeg alias sayur nangka diberi areh (kuah santan kental) pun sudah nikmat disantap.

Gudeg juga fleksibel, dapat disantap dengan berbagai lauk seperti tempe, daging ayam, dan telur.

Anda bisa mampir ke gerai Gudeg Sagan yang berlokasi di Jalan Profesor Dr Herman Yohanes No. 53, Caturtunggal .jajanjogja.com Anda bisa mampir ke gerai Gudeg Sagan yang berlokasi di Jalan Profesor Dr Herman Yohanes No. 53, Caturtunggal .

3. Gudeg Disantap Kapan Saja

Jangan bingung jika ke Yogyakarta gudeg akan dijual sebagai sarapan, makan siang, makan malam, bahkan disantap saat subuh.

Sebab, menurut Murdijati, orang jawa punya filosofi menikmati sesuatu paling bsia dilakukan malam hari. Disebut Mat Matan. Umumnya penyantap gudeg di malam hari adalah kaum laki-laki, selesai bekerja sampai sore lanats mengobrol sambil bersantap.

Pagi hari, biasanya gudeg dijual dengan bubur bukan nasi, sehingga bisa disantap untuk sarapan anak-anak.

4. Gudeg Perpanjang Usia

Lewat penelitian ditemukan bahwa gudeg memiliki kandungan serat baik yang larut maupun yang tidak larut dalam jumlah tinggi. Kandungan serat gudeg banyak terdapat di nangka, rebung, atau manggar. Berkhasiat mengikat racun dan memperbesar volume feses.

Berkat gudeg pula, orang Yogyakarta disebutkan Murdijati jarang terkena kanker usus besar. Gudeg juga memperkuat tulang karena kaya kalsium dan fosfor untuk menambah energi.

Angka harapan hidup rata-rata orang Indonesia 67 tahun, di Yogyakarta mencapai 77,7 tahun. Salah satu penyebabnya adalah konsumsi gudeg yang tinggi.

Gudeg kering Yu Djum, rasanya gurih dan tidak terlalu manis di lidah para turis.KOMPAS.COM/FIRA ABDURACHMAN Gudeg kering Yu Djum, rasanya gurih dan tidak terlalu manis di lidah para turis.

5. Jalan Wilijan Tumpuan Kota Gudeg

Pada 1970-1980an, saat Yogyakarta digalakkan sebagai kawasan pariwisata, Jalan Wilijan dijadikan sebagai sentra gudeg.

Di jalan ini berderet penjual gudeg dengan masakan serupa tetapi rasa berbeda. Kata Murdijati, setiap penjual punya pangsa pasar sendiri sehingga tidak takut akan kehilangan konsumen ketika digabungkan bersama di satu kawasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

Travel Tips
Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Travel Update
8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

Travel Tips
Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com