Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Durian Banjaroya Bisa Ditemui di Jalur Alternatif Jogja-Magelang

Kompas.com - 01/01/2019, 11:07 WIB
Dani Julius Zebua,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Warga yang berdatangan dari berbagai kota di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya memadati rest area di Dusun Tonogoro, Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo. Mereka datang dari berbagai kota dengan roda dua maupun empat.

Plat-plat kendaraan yang seliweran ada yang B, E, F, H, AD, AA, dan tentu saja terbanyak adalah AB.

"Sekitar 800 orang hilir mudik datang ke mari (hari ini), " kata Anton Supriyono, Kepala Desa Banjaroya, Minggu (30/12/2018).

Baca juga: Ini Perbedaan Durian Bengkulu dengan Durian Medan

Mereka datang ke sini karena Banjaroya merupakan sentra durian. Durian Banjaroya dikenal dengan nama durian Menoreh yang memiliki daging buah berwarna kuning kemerahan lebih kental dan aroma yang kuat.

Para pedagang menyajikan durian di rest area kawasan embung Banjaroya di Dusun Tonogoro, Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo, DI Yogyakarta. Sekarang tengah berlangsung musim durian di Banjaroya. Wisatawan mencarinya sampai ke kampung-kampung.KOMPAS.com/DANI J Para pedagang menyajikan durian di rest area kawasan embung Banjaroya di Dusun Tonogoro, Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo, DI Yogyakarta. Sekarang tengah berlangsung musim durian di Banjaroya. Wisatawan mencarinya sampai ke kampung-kampung.
Bulan Desember 2018 menjadi awal musim panen buah durian di Banjaroya. Terdapat lebih 10.000 pohon durian yang mayoritas tersebar di 4 dusun, termasuk di rumah-rumah warga.

Salah satu dusun, yakni Tonogoro sendiri, bisa lebih 3.000 pohon di luasan lebih dari 20 hektar tanah kas desa.

Baca juga: Boleh Bawa Durian ke Pesawat Asal...

Sepertiganya jenis durian Menoreh yang buahnya kuning kemerahan ini. Selebihya durian Menoreh dengan daging buah warna putih. Durian Menoreh konon salah satu varietas yang terbaik di negeri ini. Durian ini pula yang menjadi salah satu komoditi unggulan desa.

Banyak orang lalu lalang masuk ke desa ini untuk berburu durian, hari Minggu ini. Tidak cuma sepanjang jalan raya, warga berburu sampai masuk kampung-kampung di Banjaroya demi mendapat durian.

Para pedagang menyajikan durian di rest area kawasan embung Banjaroya di Dusun Tonogoro.KOMPAS.com/DANI J Para pedagang menyajikan durian di rest area kawasan embung Banjaroya di Dusun Tonogoro.
Banjaroya kembali menghidupkan pasar yang menjual durian di awal musim panen mereka. Mereka menamai Pasar yang Dirindukan. Durian tentu paling banyak dijajakan.

Baca juga: Cara Mengepak Durian Agar Tak Bau di Pesawat

Namun, produk turunan dari durian juga didagangkan di pasar ini, seperti: dodol durian hingga kripik kembang durian.

"Pasar dirindukan ini jadi sarana promosi dan meningkatkan brand image produk-produk unggulan Banjaroyo, terutama durian, serta meningkatkan kemampuan dan kreativitas warga masyarakat desa Banjaroyo dalam mengolah hasil bumi menjadi produk-produk unggulan yang mampu memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan masyarakat," kata Anton.

Baca juga: Tak Hanya Durian, Buah Kelapa juga Dilarang dalam Penerbangan

Pemerintah desa perlu mendorong identitas durian Banjaroya ini agar mampu bertahan dari gempuran durian-durian lain yang saat ini mulai banyak dikembangkan di berbagai wilayah.

Panorama di Desa Banjaroya.Dok Pertamina Panorama di Desa Banjaroya.
"Ujungnya tentu sentra durian terbaik dan selalu ramai dikunjungi oleh penggemar durian. Apa yang dicita-citakan untuk mencapai kesejahteraan petani akan bisa terwujud," katanya.

Pasar Dirindukan rencananya akan kembali digelar di puncak panen di awal 2019, seiring panen yang diperkirakan masih akan terus berlangsung hingga Maret 2019.

Mampir ke sana, warga bisa mendapat durian mulai harga Rp 50.000 per buah.

"Kita membayangkan jika 20 hektar kebun durian tersebut sudah berbuah semua, tentu akan terjadi produksi durian yang melimpah. Sesuai hukum ekonomi, jika produksi melimpah tentunya akan mempengaruhi harga yang cenderung menurun," kata Anton.

Petani memetik durian di Desa Banjaroya.Dok Pertamina Petani memetik durian di Desa Banjaroya.
Desa Banjaroya merupakan salah satu rintisan awal adanya desa wisata di Kabupaten Kulonprogo. Desa ini telah menunjukkan eksistensinya dari tahun 2011, bekerja sama dengan Dinas Pariwisata DIY dalam mengembangkan desa.

Banjaroya tidak sendirian sebagai daerah yang menarik dikunjungi. Tak jauh dari sana ada embung atau waduk kecil Banjaroya yang sering didatangi wisatawan. Tak jauh dari sana, ada obyek wisata Puncak Suroloyo.   

Desa ini juga terus dikembangkan seiring pembangunan Bandara New Yogyakarta International Airport. Bukit Menoreh sejak awal hendak dikembangkan menjadi daerah perlintasan dari dan ke NYIA maupun ke Borobudur.

Banjaroya diyakini akan mendapat keuntungan secara geografis. Pemerintah pun terus mengembangkan desa ini jadi desa wisata.

Keripik bunga durian dari Mangros Banjaroya. Warga membuatnya sebagai camilan oleh-oleh untuk para pelintas di jalur alternatif Magelang-Yogyakarta yang lewat Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo.KOMPAS.com/ DANI J Keripik bunga durian dari Mangros Banjaroya. Warga membuatnya sebagai camilan oleh-oleh untuk para pelintas di jalur alternatif Magelang-Yogyakarta yang lewat Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo.
Mereka pun mendorong kesiapan masyarakat dalam menyambut NYIA-Borobudur atau "Bedah Menoreh" ini dengan mengharap masyarakat mendapatkan manfaat yang lebih besar.

"Kita menyiapkan diri menyambut jalur Bedah Menoreh. Ini juga sebagai ajakan warga agar kreatif. Kita perlu memancing produk turunannya," kata Rokhmadu Inuhayi, Ketua Kelompok Sadar Wisata Banjaroya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com