Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 11/03/2019, 22:05 WIB

LEWOBATA, KOMPAS.com - Cerita tentang Guti Nale hingga hari ini adalah tuturan lisan yang diwariskan secara turun temurun. Guti Nale merupakan tradisi menangkap atau mengambil Nale (Nyale, bahasa Indonesianya), sejenis cacing laut.

Masyarakat Desa Pasir Putih, Kecamatan Nagawutung, Kabupaten Lembata masih sangat menjaga kental dengan tradisi Guti Nale yang diwariskan nenek moyang mereka. Tradisi itu diwariskan secara turun temurun.

Menurut tua adat Atakabelen, Paulus Pati Kabelen, saat diwawancara Kompas.com menuturkan bahwa nale berasal dari Duli, laut di Alor tepatnya di Selat Merica. Adalah Srona dan Srani, dua pendatang yang membawa nale hingga ke kampung Mingar.

Kisahnya demikian; Belake dan Geroda, dua bersaudara dari Suku Ketupapa pergi melaut. Mereka juga mengajak Ama Belawa dari Suku Atakabelen untuk menyusul mereka sambil membawa tuak. Ketika sampai di pantai, keduanya melihat dua orang menerjang gelombang dan berenang ke arah pantai di mana mereka berdiri.

Festival bertajuk Duli Gere, Lewo Ra e Malu di Lewobata, Nusa Tenggara Timur menampilkan beragam acara seperti karnaval Nale, Tarian Kolosal, Kuliner Nale dan Guti Nale itu sendiri. KOMPAS.com / NANSIANUS TARIS Festival bertajuk Duli Gere, Lewo Ra e Malu di Lewobata, Nusa Tenggara Timur menampilkan beragam acara seperti karnaval Nale, Tarian Kolosal, Kuliner Nale dan Guti Nale itu sendiri.

Belake dan Geroda penasaran. Mereka langsung bertanya perihal asal dan apa tujuan dua orang asing tersebut menepi ke pantai. Dalam kelelahan dua orang asing tersebut memperkenalkan diri sebagai Srona dan Srani.

Masing-masing mereka membawa batu yang merupakan jelmaan istri mereka yakni Srupu dan Srepe. Dua istri ini berasal dari dunia lain, dunia gaib.

Asal mereka dari Duli. Mereka datang ke Mingar untuk mengikuti nale yang sudah lama meninggalkan kampung mereka. Kemudian,  Belake dan Geroda meminta Srona dan Srani agar bersembunyi di atas pohon pandan karena mereka masih hendak melaut. Keduanya pun menyanggupinya.

Tak lama, Ama Belawa datang membawa tuak bersama anjingnya. Rupanya penciuman anjing Ama Belawa mampu mengetahui persembunyian Srona dan Srani.

Keduanya pun keluar dari persembunyiannya dan turun dari pohon pandan. Ama Belawa dan dua orang asing tersebut menunggu Belake dan Geroda yang pergi mencari ikan. Belake dan Geroda pun muncul sambil membawa ikan dengan perahu kecil.

Festival bertajuk Duli Gere, Lewo Rae Malu di Lewobata, Nusa Tenggara Timur menampilkan beragam acara seperti karnaval Nale, Tarian Kolosal, Kuliner Nale dan Guti Nale itu sendiri. KOMPAS.com / NANSIANUS TARIS Festival bertajuk Duli Gere, Lewo Rae Malu di Lewobata, Nusa Tenggara Timur menampilkan beragam acara seperti karnaval Nale, Tarian Kolosal, Kuliner Nale dan Guti Nale itu sendiri.

Srona dan Srani diajak ke kampung, kemudian diperkenalkan kepada warga kampung. Mereka diterima dan menetap di Mingar. Kepada warga kampung, keduanya pun memperkenalkan tata cara mengambil nale dan ritual-ritual yang mendahuluinya.

Di Duang Waitobi inilah Srona dan Srani memasukkan dua batu yang mereka bawa dari Duli. Dua batu ini merupakan jelmaan dari istri mereka yakni Srupu dan Srepe.

Kedua batu ini dikenal dengan sebutan batu ikan nale. Srona dan Srani juga menunjukkan cara memberikan makan kepada kedua batu ini dan hanya diberi makan sebelum mengambil nale.

Saat meninggal, tengkorak kepala Srona dan Srani ditempatkan di lokasi yang disebut Duli Ulu (di bagian timur lapangan sepak bola Mingar). Tubuhnya, kata Paulus Pati Kabelen, dikuburkan di  Klete, dekat kampung adat Mingar.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+