Mama Rosia menuturkan, kain tenun Tana Ai juga memiliki beragam motif. Ada motif Burung, Bineka Tunggal Ika, Naga, Cendrawasih dan masih banyak motif lainnya.
"Kami dalam kelompok menenun dengan motif masing-masing. Kalau orang pesan dalam jumlah besar, berarti kami membuat motif yang sama," tutur Mama Rosia.
Mama Rosia mengisahkan, setelah setiap hari menenun sendiri. Sebanyak 18 perempuan di dusun Habilogut, Desa Nangatobong, Kecamatan Waigete mulai berpikir untuk bersatu dan membangun kerja sama. Akhirnya disepakati dibentuk kelompok tenun dengan nama Bluen Butuk.
“Kalau ada kelompok, kami bisa saling membantu. Saya bisa pinjam sarung dari anggota lainnya bila membutuhkan. Antar anggota juga bisa saling belajar, sebab setiap orang memiliki keahlian menenun motif sendiri,” ungkapnya.
Kelompok tenun ini tidak terlalu mengharapkan bantuan pemerintah sejak berdiri Mei 2017. Setiap anggota dikenai iuran sebesar Rp 5.000 per bulan. Uang yang terkumpul dijadikan pinjaman bergulir serta membeli perlengkapan tenun.
“Kami baru dapat bantuan dari pemerintah desa tahun ini berupa alat celup, benang dan lainnya,” katanya.
Ia menambahkan, dalam kelompok antar-anggota bisa saling pinjam kain tenun bila ada kebutuhan mendadak.
"Hasil tenun kami sudah cukup banyak yang dibeli orang luar. Pas ada kunjungan pejabat di sini, mereka beli kain tenun Tana Ai," tuturnya.