Di Desa Purwosari terdapat lebih dari 5 pengepul yang biasa membeli hasil emping belinjo buatan warga. Kepala Desa Purwosari Rojab mengaku setiap 3 hari sekali satu pengepul minimal menjual hampir satu ton emping belinjo ke sejumlah daerah seperti Jakarta, Surabaya dan kota besar lainnya.
"Itu baru dari emping belinjo mentah, karena sejumlah warga mulai melakukan inovasi dengan membuat emping goreng manis, ting ting emping belinjo dan keripik kulit belinjo yang kuantitasnya juga lumayan banyak,” katanya.
Biang sampai Penangkal Asam Urat dari Belinjo
Sejumlah warga Desa Purwosari juga mulai melirik produk turunan dari emping belinjo. Salah satunya adalah Wiwik bersama Robinatun yang berkolaborasi membuat ting ting emping belinjo dan keripik kulit belinjo.
Menurut Wiwik, pada awalnya warga hanya membuang begitu saja remah-remah emping belinjo hasil produksi mereka. "Remah-remah itu cuma dibuang karena tidak laku. Kami goreng, kami campur gula merah atau cokelat kemudian kami kemas menjadi ting ting emping belinjo. Alhamdillah laku," katanya.
Meski masih sederhana, keduanya kemudian sepakat membuat kemasan dengan nama "Wiro", gabungan dari nama keduanya, Wiwik dan Robiatun.
Dengan label Wiro mereka juga mengemas emping belinjo goreng dengan berbagai varian rasa. Lagi-lagi produk mereka laku di pasar.