Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Hal Buruk yang Dilakukan Pendaki Saat Mendaki Gunung

Kompas.com - 29/06/2019, 14:06 WIB
Anggara Wikan Prasetya,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

KOMPAS.com –Mendaki gunung merupakan aktivitas yang dilakukan banyak orang untuk mengisi waktu libur. Terlebih ketika hari libur, gunung-gunung favorit seperti Prau dan Andong di Jawa Tengah hampir pasti dipadati para pendaki.

Baca juga: 6 Gunung di Jawa Tengah yang Cocok untuk Pendaki Pemula

Dari pantauan KompasTravel hingga kini, para pendaki gunung banyak yang masih melakukan hal buruk ketika mendaki. Kelakuan buruk itu mungkin tetap dilakukan karena keterbatasan ilmu atau etika tentang mendaki gunung.

Berikut hal-hal buruk yang dilakukan pendaki saat mendaki gunung seperti dirangkum KompasTravel dari berbagai pemberitaan.

1. Mendaki tanpa persiapan

Mendaki gunung merupakan aktivitas outdoor atau luar ruangan yang tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Perlu persiapan, mulai fisik, peralatan, hingga pengetahuan mengenai jalur agar pendakian berjalan dengan lancar.

Seorang pendaki di Gunung Sumbing, 3.371 MDPL.Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya Seorang pendaki di Gunung Sumbing, 3.371 MDPL.
Namun saat ini, ada banyak pendaki yang langsung memutuskan untuk mendaki gunung begitu saja hanya karena ajakan teman atau melihat postingan pendakian di media sosial. Mereka kemudian memulai pendakian tanpa persiapan yang matang.

Baca juga: 5 Kelakuan Menyebalkan Wisatawan, Apa Kamu Masih Melakukannya?

Hal ini tentunya berisiko. Tanpa persiapan memadai, fisik tidak akan siap untuk mendaki sehingga bisa menimbulkan cedera atau kecelakaan. Selain itu, risiko tersesat juga semakin besar.

2. Memakai setelan pakaian yang tidak cocok untuk mendaki

Sebagai sebuah aktivitas fisik, tentu mendaki gunung juga memerlikan setelan pakaian yang sesuai. Setelan pakaian yang nyaman tidak hanya membantu pendaki untuk nyaman bergerak, tetapi juga ketika menghadapi kondisi cuaca di gunung seperti panas dan dingin.

Ilustrasi Jaket Gunung.Shutterstock Ilustrasi Jaket Gunung.
Tak sedikit pendaki sekarang yang mengacuhkan perihal setelan pakaian pendakian. Banyak yang masih mengenakan pakaian yang tak cocok untuk mendaki seperti celana jeans, jaket tipis, dan sepatu kasual.

Baca juga: 5 Tips Wisata Hemat di Akhir Pekan

Tentu setelan pakaian yang tak sesuai untuk mendaki membuat pendakian semakin berbahaya. Hal itu juga menyebabkan risiko kecelakaan semakin tinggi seperti hipotermia.

Tentu sepatu sekolah rawan membuat penggunanya terpeleset saat melewati jalut pendakian yang cukup licin dan tak melindungi kaki dari cedera.

Contoh lain adalah, mengatasi udara dingin di gunung tentu butuh jaket yang standar. Jaket dengan lapisan yang tipis jelas tidak akan mampu melindungi tubuh dari udara dingin.

3. Berisik di tenda saat malam hari

Bercanda dengan kawan mendaki memang merupakan aktivitas yang mengasyikkan dalam pendakian. Selain agar semakin akrab, pendakian bisa jadi tidak terasa lelah jika diselingi dengan candaan bersama teman.

Ilustrasi Tenda Pendakian Gunung.Shutterstock Ilustrasi Tenda Pendakian Gunung.
Namun, bersendau gurau dengan suara keras ketika berkemah pada malam hari, terutama jika ada tenda lain di sekitarnya. Itu karena bisa jadi pendaki di tenda lain sedang beristirahat.

Tentu berisik di tenda saat malam hari bisa mengganggu pendaki lain yang sedang beristirahat untuk mengusir lelah. Berisik bisa karena bercengkerama dan tertawa dengan suara keras, atau membunyikan musik dari smartphone keras-keras.

Selain itu, suara yang keras juga berpotensi mengganggu kehidupan satwa di gunung yang didaki.

4. Membuat api unggun

Banyak pengelola basecamp pendakian yang melarang pendaki gunung membuat api unggun atau perapian, khususnya ketika musim kemarau. Hal itu karena perapian rawan membuat gunung mengalami kebakaran hutan dan lahan.

Seorang pewarta memotret api yang membakar semak belukar dan pepohonan ketika terjadi kebakaran lahan di Pekanbaru, Riau, Senin (18/3/2019) malam. Keringnya pepohonan akibat cuaca panas dan diperparah dengan kencangnya angin membuat api cepat menjalar sehingga menyulitkan regu pemadam untuk melakukan pemadaman di lokasi yang terbakar.ANTARA FOTO/RONY MUHARRMAN Seorang pewarta memotret api yang membakar semak belukar dan pepohonan ketika terjadi kebakaran lahan di Pekanbaru, Riau, Senin (18/3/2019) malam. Keringnya pepohonan akibat cuaca panas dan diperparah dengan kencangnya angin membuat api cepat menjalar sehingga menyulitkan regu pemadam untuk melakukan pemadaman di lokasi yang terbakar.
Namun, pendaki terkadang tetap nekat membuat api unggun saat mendaki. Biasanya, alasan tujuan api unggun tak lain adalah untuk menghangatkan diri dari dinginnya udara gunung.

Baca juga: “Hunting” Foto di Tempat Wisata, Simak 5 Tips Berikut

Api unggun juga berbahaya karena bara api bisa tertiup angin dan mengenai semak kering sehingga memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

5. Meninggalkan rekan tim

Saat mendaki bersama tim, idealnya anggota tim harus berjalan berdekatan. Tak boleh ada satu orang yang memisahkan diri dengan berjalan terlebih dahulu atau tertinggal di belakang. Hal itu agar semua anggota tim bisa selamat hingga sampai basecamp kembali.

Padang Sabana di Jalur Pendakian Merbabu via Suwanting.Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya Padang Sabana di Jalur Pendakian Merbabu via Suwanting.
Dari beberapa kasus kecelakaan mendaki gunung, salah satu faktornya adalah terpisah dari rekan pendakian. Hal itu menyebabkan tak terpantaunya pergerakan anggota tim.

6. Membuang sampah sembarangan dan melakukan vandalisme

Sampah Pendaki di Gunung Merbabu Berupa Tulisan yang Tidak Dibawa Turun.Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya Sampah Pendaki di Gunung Merbabu Berupa Tulisan yang Tidak Dibawa Turun.

 

Inilah salah satu kebiasaan buruk yang dilakukan banyak pendaki. Mereka membuang sampah seperti properti foto seperti kertas, plastik bungkus makanan, mencoret-coret batu, dan lainnya.

Baca juga: 7 Tips Mudik Jarak Jauh Naik Motor agar Selamat sampai Tujuan

Pendaki yang melakukan vandalisme seperti mencoret-coret di batu, pohon, papan penunjuk arah atau penanda pos, dan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Travel Update
7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

Hotel Story
6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com