Dalam lontar itu disebutkan, Rsi Markandya setibanya dari tanah Jawa singgah di Desa Taro yang masih wilayah Ubud, lalu melakukan meditasi atau tapa semadi sebelum melakukan perjalan suci ke wilayah kaki Gunung Agung di Kabupaten Karangasem.
Modernitas tak terpungkiri juga merambah hingga ke Ubud.
Namun yang menarik, akar budaya Bali masih terjaga baik sehingga kawasan Ubud ini mempunyai nuansa yang berbeda.
Hal ini seperti penuturan Ketua Yayasan Ratna Wartha Museum Puri Lukisan Ubud, Tjokorda Gde Putra seperti dikutip Kompas (15/09/2012)
”Tidak ada hiburan malam yang ingar-bingar, semuanya menyatu dengan suasana alam,” ujar Putra.
Ubud merupakan kawasan Bali yang terkenal sebagai Desa Seniman.
Melansir dari Kompas.com (13/08/2014) Perkampungan seniman Ubud mulai terkenal, berawal dari puluhan seniman Peliatan, Batuan, dan Ubud yang secara tidak sengaja melakukan interaksi seni rupa antara timur barat yang merebak sekitar tahun 1920-an.
Melalui seni, pada jaman dahulu Desa Ubud dikenalkan kepada dunia.
Hingga kini, Desa Ubud menjadi desa seniman yang diakui. Baik seni wayang, seni lukis, serta seni tari ada di desa ini.
Ubud terkenal sebagai kota yang ramah. Keramahan juga disebut sebagai awal pariwisata di Ubud.
Melansir dari Kompas.com (10/11/2012) Tjokorda Gde Agung Sukawati adalah salah satu orang yang dianggap berperan sebagai orang dibalik majunya pariwisata Bali.
Ia merupakan seorang ningrat yang pada sekitar 1920-an menerima kunjungan turis-turis asing di Puri Saren Ubud.