Dari Jambangan, api terlihat
"Dari Jambangan, api bisa terlihat," kata Gandrong begitu kami tiba di Pos Jambangan, di ketinggian sekitar 2.600 meter di atas permukaan laut.
Di Pos Jambangan malam itu, terlihat dua tenda berdiri di bagian tanah yang datar. Ada meja dan kursi di depannya, menandakan ada kehidupan yang tersisa di lereng Gunung Semeru. Gandrong menyebut tenda itu milik rombongan pendaki mancanegara yang awalnya berencana ke menjejak Mahameru.
Dari dekat tenda itu, api yang melahap Arcopodo dan Kalimati terlihat jelas dengan mata telanjang. Kape menyiapkan tripod dan kamera untuk memotret. Sementara itu, saya berbincang dengan pemandu pendaki mancanegara yang tetiba keluar dari tempat peristirahatan sementaranya.
Baca juga: Soe Hok Gie, Gunung Semeru, dan Lembah Mandalawangi
"Api membakar semak-semak dan pohon cemara gunung yang besar," kata Rizal, si pemandu pendaki mancanegara itu.
Menurutnya, api di Kalimati menjalar sekitar lebih dari 150 meter ke arah puncak. Di belakang pos pendakian Kalimati, lanjutnya, api juga terlihat.
Gandrong mengajak kami untuk mendekat ke Kalimati dengan beberapa catatan. Hanya sebagian anggota tim yang diperkenankan untuk berangkat. Gandrong menunjukkan rekannya, Juan, untuk menemani tim pergi ke Kalimati.
"Ke Kalimati dekat kok, paling cuma 10 menit," ujar Gandrong. Kali ini Gandrong sedikit benar. Waktu tempuh ke Kalimati meleset 3 menit dari ucapannya.
Di Kalimati, api semakin jelas terlihat. Kepulan asap di leher Gunung Semeru serta api terlihat besar. Di sekitar Kalimati tepatnya di belakang pos pendakian Kalimati, api juga masih menyala meskipun kecil. Suara-suara batang pohon yang ambruk menghantam tanah juga terdengar.