Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sarapan Nasi Dagang Khas Melayu, Nasi Uduknya Pulau Penyengat

Kompas.com - 30/11/2019, 10:05 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Ni Luh Made Pertiwi F.

Tim Redaksi

PULAU PENYENGAT, KOMPAS.com - Pagi itu matahari baru saja terlihat, tetapi saya sudah berada dalam kapal pompong.

Ini adalah sejenis kapal kecil dari kayu bertenaga motor yang membawa saya menyeberangi lautan dari dermaga Tanjung Pinang menuju dermaga Pulau Penyengat.

Hanya dengan membayar tiket Rp 7.000, dalam sekitar 20 menit pun sampai ke dermaga Pulau Penyengat.

Tak perlu jauh berjalan dari dermaga, mulai terlihat jejeran warung makan sederhana dengan deretan meja dan kursi di dalamnya. Saya pun masuk ke dalam salah satu warung bernama warung Pak Mukhali.

Baca juga: 8 Paket Wisata Pulau Penyengat, Dari Tur Masjid Sampai Kelas Memasak

Di atas salah satu meja sudah terlihat beberapa piring yang berisikan bermacam-macam penganan.

Makanan pertama yang menarik perhatian saya adalah makanan bernama kue badak. Bentuknya lonjong berwarna kecoklatan.

Bahan dari kue badak ini adalah adonan singkong yang isinya berupa abon pedas dari ikan. Sekilas rasanya mirip combro, tapi lebih gurih.

Baca juga: Wisata Tanjung Pinang, Uniknya Vihara 1.000 Patung yang Dipahat Langsung dari China

Setelahnya, Raja Farul, pemandu wisata kami, menawarkan dua bungkusan daun pisang yang katanya berisi makanan bernama nasi dagang dan nasi melaka. Menurut dia, ini adalah makanan khas Melayu yang wajib kami coba.

“Nasi dagang ini isinya nasi dengan halba atau santan. Dikasih lauk ikan sarai atau ikan limbat yang sudah diasap. Kalau nasi melaka sama saja, hanya beda ikannya digoreng biasa, tidak diasap,” jelas Raja Farul.

Rasa nasi dagang dan nasi melaka layaknya nasi uduk, hanya lauk ikan di dalamnya terasa melengkapi gurihnya nasi santan. Nasi dagang terasa lebih nikmat karena adanya ikan sarai yang memberikan sensasi rasa asap.

Kue Putri Salat, kue badak, dan kaliparat yang tersaji di warung Pak Mukhali di dekat dermaga Pulau Penyengat Kue Putri Salat, kue badak, dan kaliparat yang tersaji di warung Pak Mukhali di dekat dermaga Pulau Penyengat

“Namanya nasi dagang karena banyak pedagang yang lewat jalur dagang ke sini. Mereka yang keluar dari sini lalu bawa bekal nasi dagang ini,” jelas Nur Fatilla, salah satu penerjemah dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pulau Penyengat.

Untuk melengkapi menu sarapan pagi itu, paling nikmat ditemani dengan teh tawar panas atau yang lebih dikenal sebagai teh kosong.

Teh di Tanjung Pinang dan sekitarnya biasanya menggunakan teh Prendjak, merek lokal yang memiliki wangi unik menyegarkan. Rasanya sendiri berbeda dari teh lainnya.

Selain teh kosong, sarapan kali ini juga nikmat jika ditemani dengan teh 'O' atau teh manis panas. Di sini, tiap jenis teh memang memiliki nama yang unik.

Teh 'O' untuk teh manis panas, teh Obeng untuk es teh manis, dan teh kosong untuk teh tawar panas.

Baca juga: 5 Destinasi Unggulan di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau

Menikmati dua jenis makanan tersebut plus teh kosong ternyata cukup membuat perut saya mulai penuh.

Namun, penampakan kue bulat kecil berwarna hijau mulai membuat penasaran. Namanya kue putri salat, terdiri dari dua lapisan. Lapisan bawah adalah ketan dan di atasnya puding pandan.

Rasa kue putri salat ini begitu nikmat dan berbeda. Lapisan bawah putri salat terasa kenyal, berpadu sempurna dengan lapisan puding pandan di atasnya yang sangat lembut dan wangi. Lebih nikmatnya lagi, kue ini punya rasa manis yang pas sehingga cocok dimakan dengan porsi yang banyak.

“Dinamakan kue putri salat karena konon katanya saat membuat kue ini, pembuatnya melihat seorang putri yang sedang salat. Makanya namanya putri salat,” jelas Nur Fatilla.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com