Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Ada Makanan Papua yang Digoreng, Kenapa?

Kompas.com - 06/12/2019, 06:50 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Papua yang terkenal dengan kekayaan ragam budaya dan alamnya ternyata menyimpan harta tersembunyi, salah satunya kuliner.

Menariknya, selain kelezatan kulinernya yang sohor, cara mengolah dan bahan-bahannya pun juga unik.

Menurut Rika Ramandey, seorang yang berpengalaman di bidang kuliner Papua, hampir tidak ada masakan Papua yang digoreng

Baca juga: 4 Makanan Papua dari Sagu

"Karena di Papua sana sulit sekali minyak goreng," ujar Rika di Ragam Budaya Papua di Plaza Sarinah, Jakarta, Kamis (5/12/2019).

"Jangankan minyak goreng, bumbu seperti bawang dan garam saja kadang susah. Makanya orang Papua kalau masak yang prosesnya tetap bisa mempertahankan gizi di dalam makanan," lanjutnya.

Baca juga: Akhir Pekan di Jakarta, Saatnya Mencicipi Kuliner Papua

Memasak makanan dengan digoreng memang nikmat, tapi sebenarnya kurang sehat.

Nah, dengan banyaknya kandungan minyak di dalam makanan tersebut, maka bisa mengurangi gizi yang terkandung di dalam sebuah kuliner.

Rika yang pernah cukup lama tinggal di Papua mengungkapkan, minyak yang sering digunakan adalah minyak kelapa.

Sebagai daerah yang ditanami banyak pohon kelapa, lebih mudah untuk memproduksi minyak kelapa.

Baca juga: Mengenal Kuliner Papua, Rumit tapi Nikmat

"Minyak kelapa itu juga tidak digunakan sebagai cara masak, lebih sering jadi perawatan kulit dan tubuh," kata Rika.

"Makanya orang Papua kalau tidak masak pakai bakar batu yang disayur pakai santan kelapa," jelas Rika yang memiliki darah Papua dari ibunya merupakan asal Sentani.

Tumis bunga pepaya yang jadi makanan khas Papua. Untuk menghilangkan rasa pahit pakis, bisa dengan direndam air panas atau diremas-remas dengan garam.SYIFA NURI KHAIRUNNISA Tumis bunga pepaya yang jadi makanan khas Papua. Untuk menghilangkan rasa pahit pakis, bisa dengan direndam air panas atau diremas-remas dengan garam.
Rika melanjutkan, prinsip kuliner masyarakat Papua sederhana, namun tetap memerhatikan gizi.

Hal ini karena bahan makanan yang diambil dari alam sekitar masyarakat. Bahan-bahan yang digunakan hampir semuanya segar, terutama ikan.

Baca juga: Icip-icip Makanan Khas Papua, Keladi Tumbuk

"Mereka memanfaatkan kekayaan alam di sekitar mereka untuk diolah jadi makanan," ujar Rika.

"Misalnya ini, keladi (talas) ini kan hasil kebun mereka yang bisa mereka ambil dari sekitar," lanjutnya.

Baca juga: Makanan Papua Dijual di Sarinah Sampai Pertengahan Desember, Yuk Cicip

Makanan khas Papua memang biasanya memanfaatkan bahan yang ada di sekitar masyarakat, mulai dari hasil kebun seperti keladi, daun melinjo, daun pakis, kelapa, dan bunga pepaya.

Penduduk yang tinggal di hutan biasanya hanya perlu mengambil bahan-bahan segar di hutan sekitar tempat tinggal mereka. Sementara penduduk yang tinggal di tepi pantai juga banyak memanfaatkan laut dan sungai untuk berburu ikan.

Baca juga: 4 Jenis Olahan Sagu dari Raja Ampat, Papua. Bukan Cuma Papeda

"Makanya penduduk Papua kalau enggak sagu makanan pokoknya itu ikan. Hasil olahan ikan juga banyak di sini," kata Rika.

"Paling terkenal ya kuah kuning itu dan ada juga ikan bakar batu yang dimasaknya dengan cara tradisional bakar batu," lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Travel Update
7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

Hotel Story
6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com