Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER TRAVEL] Santan Murni vs Santan Instan | Paspor Imunitas Corona

Kompas.com - 30/04/2020, 06:20 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

KOMPAS.com - Artikel yang mengulas santan murni vs santan instan masuk dalam jajaran berita terpopuler Travel Kompas.com pada Rabu kemarin.

Berita lainnya yang juga terpopuler adalah tips mengolah santan agar tidak pecah, durasi puasa lama di Norwegia, serta paspor imunitas dan responnya.

Untuk lengkapnya, berikut berita terpopuler Travel Kompas.com pada 29 April 2020.

Santan Murni Vs Santan Instan, Lebih Baik Pakai yang Mana?

Ilustrasi santan alami dari sebutir kelapa segar. SHUTTERSTOCK/HOMELESSCUISINE Ilustrasi santan alami dari sebutir kelapa segar.
Saat membuat makanan bersantan, kamu lebih suka memakai santan murni atau instan? Keduanya memiliki kegunaan, kelebihan, dan kekurangan masing-masing.

Traveling chef Wira Hardiyansyah menjelaskan mengeni apa perbedaan dari santan instan dan santan alami.

"Kalau santan murni atau alami dari aroma pasti lebih wangi, karena kalau santan instan olahan pabrik telah mengalami beberapa proses," jelas Wira Hardiyansyah saat dihubungi oleh Kompas.com, Selasa (29/4/2020).

Baca selengkapnya di sini.

Wacana Paspor Imunitas Cile yang Dinilai Kontroversial, Apa Itu?

Ilustrasi Cile.SHUTTERSTOCK Ilustrasi Cile.
Cile berencana mengeluarkan immunity card ( kartu imunitas), juga disebut paspor imunitas, bagi mereka yang telah sembuh dari virus corona (Covid-19).

Hal tersebut dimaksudkan sebagai penanda bahwa mereka sudah tidak lagi terjangkit virus tersebut, dan bisa kembali bekerja dan ke kehidupan mereka seperti semula.

Menurut The Straits Times, rencana awal, pemerintah Cile akan mulai mengeluarkan paspor tersebut mulai Senin (20/4/2020).

Namun, hingga kini paspor tersebut belum keluar. Menteri Kesehatan Jaime Manalich mengatakan kepada wartawan pada Kamis (16/4/2020), pemerintah juga akan menetapkan serangkaian kriteria ketat untuk izin terbaru.

Baca selengkapnya di sini.

Tips Mengolah Santan agar Tidak Pecah, Pengaruh Besar Api Saat Masak?

Ilustrasi santan sedang dimasak. SHUTTERSTOCK/YUPA WATCHANAKIT Ilustrasi santan sedang dimasak.
Executive Chef Santika Mataram Lombok Nyoman Putra Yasa, saat dihubungi oleh Kompas.com, Selasa (28/4/2020), menjelaskan beberapa tips dan faktor yang memengaruhi santan bisa pecah saat diolah.

"Ciri-ciri santan yang pecah seperti santan akan menjadi berbutir karena kandungan lemak dan air yang terpisah. Lalu rasanya tidak gurih, malah cenderung santan tidak berasa," jelas Chef Nyoman Putra Yasa.

Ia juga menerangkan, beberapa faktor yang membuat santan pecah adalah memasak dengan api yang besar kemudian tidak aduk.

Lalu juga santan terlalu cair, santan dimasukkan saat makanan sedang panas.

Baca selengkapnya di sini.

Norwegia Dikenal Punya Durasi Puasa Terlama, Ternyata Ada yang Puasa 13-14 Jam Saja, Kenapa?

Ilustrasi suasana musim panas di Bergen, Norwegia. SHUTTERSTOCK/OLEKSIY MARK Ilustrasi suasana musim panas di Bergen, Norwegia.
Setiap memasuki bulan Ramadhan, terdapat negara-negara yang memiliki waktu durasi berpuasa terlama dan terpendek.

Salah satu negara yang dikenal memiliki durasi waktu puasa terlama adalah Norwegia.  Namun ternyata, hal tersebut tidak sepenuhnya terjadi.

Seorang ustaz yang merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) bernama Abdillah Suyuthi di Oslo menyampaikan, tak semua umat Islam di Norwegia memiliki waktu puasa yang lama.

"Saya tahu berita di Indonesia yang menginformasikan puasa di Norwegia berlangsung 20 jam. Berita itu sangat bombastis, tapi sebenarnya tergantung metode mana yang dipakai," kata Suyuthi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (28/4/2020).

Lantas berapa lama durasi puasa yang dijalankan umat Islam di Norwegia?

Baca selengkapnya di sini.

WHO Kritik Wacana Paspor Imunitas di Beberapa Negara

Ilustrasi Cile.SHUTTERSTOCK Ilustrasi Cile.
Wacana paspor imunitas menuai kritik dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui sebuah pernyataan di laman resminya, Jumat (24/4/2020).

"Beberapa pemerintahan telah menyarankan bahwa deteksi antibodi terhadap SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, dapat dijadikan sebagai dasar untuk “paspor imunitas” atau “sertifikat bebas risiko” yang memungkinkan orang-orang bepergian atau kembali bekerja dengan asumsi bahwa mereka terlindungi dari terkena infeksi kembali,” seperti tertera dalam laman WHO.

Pernyataan tersebut melanjutkan, saat ini tidak ada bukti mereka yang sudah sembuh dari virus corona dan memiliki antibodi terlindungi dari infeksi kedua.

WHO menuturkan, saat ini tidak ada bukti yang cukup terkait efektivitas imunitas yang dimediasi oleh antibodi untuk menjamin keakuratan “paspor imunitas” atau “sertifikat bebas risiko”.

Baca selengakapnya di sini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com