Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Warga Indonesia Puasa di Norwegia, Makan Kolak Jadi Obat Kangen Takjil Nusantara

Kompas.com - 10/05/2020, 07:07 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Umat Islam di seluruh dunia saat ini menjalankan puasa Ramadhan, tak terkecuali orang Indonesia.

Bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjalankan puasa di luar negeri selalu ada kisah tersendiri yang menarik untuk diceritakan.

Salah satu cerita datang dari warga Indonesia bernama Eko Yudha yang menjalankan puasa di Norwegia, negara yang dikenal punya durasi puasa terlama.

Baca juga: Norwegia Dikenal Punya Durasi Puasa Terlama, Ternyata Ada yang Puasa 13-14 Jam Saja, Kenapa?

 

Walaupun menjalankan puasa di Norwegia tepatnya Kota Stavanger, Eko Yudha tetap menikmati menu buka puasa khas Indonesia seperti kolak.

"Buka puasa biasa istri bikin kolak, risoles, lumpia, pisang goreng, singkong goreng. Kita bisa bikin sendiri di sana, ya kurang lebih sama deh dengan kita pas di Indonesia. Tentu ada sayur, lauk pauk," kata Eko saat dihubungi Kompas.com, Selasa (28/4/2020).

Saat ini tidak ada yang menjual makanan tersebut di Norwegia, alhasil istrinya memasak sendiri di rumah.

Sementara itu, untuk anak-anak, biasanya lebih menyukai makanan cepat saji seperti fried chicken.

Istri Eko Yudha dan anak mereka saat ngabuburit di Norwegia, (5/2020). DOK. PRIBADI EKO YUDHA Istri Eko Yudha dan anak mereka saat ngabuburit di Norwegia, (5/2020).

Kendati merasakan suasana yang sama pada saat berbuka dan sahur karena dijalankan bersama keluarganya, Eko mengaku tetap ada perbedaan di mana tak ada pasar Ramadhan yang biasanya terdapat penjual takjil atau jajanan.

"Itu yang paling dikangenin sih, takjil. Ya, karena kan di sini enggak ada, jadinya apa-apa ya bikin sendiri. Jadi ya kita selalu pas buka puasa pasti pakai makanan yang kita biasa santap di Indonesia," jelasnya.

Eko juga mengatakan ia masih merasakan makanan khas bulan puasa seperti kurma yang biasa disantap saat berbuka.

Menurutnya, umat Islam di Norwegia juga tidak kesulitan mencari kurma karena dijajakan di toko-toko Timur Tengah, Asia.

"Toko-toko itu juga kan kadang menjual makanan Indonesia. Tapi kalau buah misalnya ingin bikin sop buah ya kita beli bahan stoknya yaitu buah di supermarket lalu kita olah sendiri di rumah," ungkapnya.

Suasana ngabuburit di Kebun Raya Rogaland Arboret, Norwegia pukul 16.00 waktu setempat (1/5/2020). DOK. PRIBADI EKO YUDHA Suasana ngabuburit di Kebun Raya Rogaland Arboret, Norwegia pukul 16.00 waktu setempat (1/5/2020).

Hal yang sama juga diungkapkan Ustadz Abdillah Suyuthi yang saat ini menetap di Oslo, Norwegia.

Ia yang berada di Norwegia sejak tahun 2006 mengaku betah berada di sana karena masakan Indonesia yang selalu dibuat oleh istrinya.

"Ya Alhamdulillah istri saya orang Indonesia, yang mempunyai skill untuk masak masakan Indonesia. Jadi ya pasti menu buka puasa kami selalu masakan Indonesia, ini juga yang buat saya betah, krasan ada di sini," kata Suyuthi, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (28/4/2020).

Suyuthi mengaku tahun ini merupakan tahun ke-15 ia merasakan Ramadhan di Norwegia. Ia juga menceritakan awal dirinya kebingungan menentukan kapan waktu shalat maghrib dan berbuka puasa di sana.

"Saya shock waktu itu kan bulan Agustus 2006, lalu saya lihat jadwal dari maghrib. Saya bingung, lah kapan maghribnya? Sudah ngantuk begini.

Saya waktu itu di Trondheim yang mana 500 kilometer ke utara dari Oslo, jadi lebih panjang siangnya. Waktu itu hampir kira-kira jam 23.00 maghribnya," kenangnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

Travel Update
Long Weekend, Ada Rekayasa Lalu Lintas di Jalanan Kota Yogyakarta

Long Weekend, Ada Rekayasa Lalu Lintas di Jalanan Kota Yogyakarta

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com