Ia juga mengatakan pihak wisata gunung atau tur operator akan menegaskan kembali kepada para pendaki yang tidak memenuhi syarat administrasi.
Jika tak memenuhi syarat seperti masalah kesehatan yang mengindikasikan gejala Covid-19, maka pendaki tidak akan diizinkan mendaki.
"Itu juga termasuk, jadi kalau misalnya ada calon pendaki yang suhu tubuhnya di atas 37 derajat itu tidak diizinkan. Ini gunanya screening di awal sebelum pendakian, harapannya kan bisa mendeteksi sejak dini apakah si pemandu, pendaki ada indikasi corona," katanya.
Baca juga: Sekjen APGI: Pendaki Pemula Wajib Menggunakan Pemandu Gunung Bersertifikasi Resmi
Terkait rapid test atau tes cepat pendeteksi virus corona pada tubuh juga akan diimplementasikan di wisata gunung.
Rahman mengatakan hal tersebut bergantung pada acuan resmi dari pemerintah pada saat New Normal telah berlangsung.
Selain itu, APGI juga telah menyiapkan beberapa upaya lain untuk menghindari pendaki yang membawa surat kesehatan palsu atau dimanipulatif.
"Untuk mengakali itu, setelah prosedur kami jadi perkiraannya awal Juni nanti. Kami akan bergerak ke pemerintah, bisa Kemenparekraf atau KLHK, itu nanti kebijakannya ada di mereka," kata Rahman.
"Kita mendorong bahwa di pintu pendakian harus ready dokter, jadi nanti dokter itu buat validasi, dan jika sudah mendukung sarana prasarananya, cek Covid-19 langsung di pintu pendakian," jelas Rahman.
Kini, APGI berharap pada pemerintah agar hal-hal tersebut dapat terlaksana guna kenyamanan wisatawan atau pendaki gunung pada saat pandemi berakhir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.