Kepolisian Malaysia juga baru-baru ini melaporkan penangkapan enam pria Pakistan yang dicurigai memalsukan hasil negatif tes Covid-19.
Namun begitu, beberapa pemerintahan dunia sempat memberi desakan terhadap dokumen dalam bentuk fisik. Hal tersebut sangat menghambat peluncuran aplikasi IATA.
Baca juga: WTO: Paspor Vaksin Penting untuk Keberlanjutan Perjalanan Internasional
“Kami memiliki kasus di Republik Korea yang memerlukan sertifikat fisik. Jadi kami bekerja sama dengan pemerintah di sana untuk memastikan mereka mengizinkan sertifikat digital diterima,” papar Goel.
Industri penerbangan sangat menggantungkan harapan mereka pada pembukaan kembali perjalanan bebas karantina di tahun 2021 ini. Namun, mereka hanya bisa mengharapkan perkembangan yang lambat, bahkan dengan adanya aplikasi ini.
Covid-19 telah memberi dampak sangat buruk pada industri penerbangan. Berdasarkan data IATA, permintaan menurun hampir 70 persen pada 2020 dibanding 2019.
Industri berharap bisa kembali pulih pada tahun 2021. Namun, bahkan dengan adanya distribusi vaksin yang bertahap tidak akan langsung bisa memecahkan masalah ini. Itulah mengapa IATA merasa Travel Pass sangat dibutuhkan.
Baca juga: Yunani Desak Uni Eropa Bikin Sertifikat Vaksin untuk Wisata
“Itu akan memakan waktu terlalu lama, minimal antara 12-24 bulan. Dan itu sangat berkaitan dengan ketersediaan vaksin secara global,” kata wakil presiden regional untuk wilayah Asia Pasifik IATA Conrad Clifford.
Pihaknya pun melihat kombinasi tes dan vaksinasi sebagai solusi jangka panjang untuk membuka kembali perbatasan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.