Desa Parlondut ini juga terletak di daerah yang cukup strategis, sehingga mudah dijangkau dari jalan raya utama. Hanya sekitar 600 meter dari jalan raya utama, terus mengarah ke perbukitan.
“Kemudian dia juga tidak terlalu jauh dari salah satu objek wisata kita di Pangururan, namanya hot spring atau pemandian air panas (Aek Rangat Pangururan),” ujar Dumosch.
Setelah puas berendam di pemandian air panas, kamu bisa melepas lelah dengan menginap di homestay Desa Wisata Bagot sekaligus menikmati minuman berbahan nira tersebut, sambil melihat pemandangan indah Danau Toba.
Dalam pengembangannya, Dumosch tak memungkiri adanya kendala yang harus dihadapi. Salah satunya adalah kesulitan masyarakat desa untuk memenuhi permintaan bagot dari para wisatawan.
Jumlah kunjungan wisatawan hingga kini memang sudah cukup tinggi, sehingga permintaan bagot pun juga cukup tinggi. Seringkali masyarakat kesulitan memenuhinya karena mereka masih melakukan sendiri proses produksi bagot tersebut.
“Kedua, orang datang ke situ masih ada nagih. Kalau sudah dua gelas, masih minta lagi. Itu jadi kendala juga,” terang Dumosch.
Selanjutnya, adalah kendala dalam hal peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dumosch menyebut bahwa masyarakat di sana, khususnya para anggota Pokdarwis, masih harus mendapatkan pelatihan, khususnya dalam bidang kuliner.
“Supaya mereka bisa mengembangkan, di samping tuak, mereka juga bisa mengembangkan atau membuat satu produk yang menarik untuk wisatawan,” imbuh Dumosch.
Baca juga: 244 Desa Wisata di 5 Destinasi Super Prioritas Bisa Jadi Tujuan Wisman Long Term Visa
Bahkan kalau bisa pelatihan tersebut bergerak di bidang selain kuliner. Misalnya, di bidang seni kerajinan.
Saat ini pihak Dispar Kabupaten Samosir sedang beusaha untuk menjalin kerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk bisa mengadakan pelatihan di desa ini untuk para pelaku ekonomi kreatif.
“Jadi di tempat itu justru nanti banyak produk ekonomi kreatif yang bisa dibeli oleh pengunjung, bukan hanya tuaknya aja,” pungkas Dumosch.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.