Jalur dagang Kerjaan Samudera Pasai belum diteliti secara komprehensif
Peneliti senior Centre for Information for Samudera Pasai Heritage (CISAH) Tgk Taqiyuddin Muhammad, mengatakan, jalur dagang Kerajaan Samudera Pasai belum diteliti secara komprehensif.
“Benar, bahwa Ibnu Batutah mencatat banyak soal rempah. Namun, itu belum terkonfirmasi ke negara lainnya. Misalnya, jalur dagang Kerajaan Samudera Pasai dengan India - di India, di Gujarat, itu belum kita teliti detailnya,” kata Taqiyuddin.
Kabar bahwa rempah seperti cengkeh, pala, dan gaharu menjadi primadona masa lalu tak terbantahkan. Namun, detailnya belum diketahui pasti. Bahkan, letak pelabuhan utama juga belum diketahui pasti.
“Saya menduga, pelabuhan utama Kerajaan Samudera Pasai itu di Teluk Samawi. Itu sekarang di kawasan pusat Kota Lhokseumawe. Di situ dulu pelabuhan awal-awal Indonesia merdeka sebelum pindah ke Krueng Geukuh sekarang ini,” jelasnya.
Baca juga:
Dari Teluk Samawi inilah seluruh kapal asing mengangkut barang dagangan yang didominasi rempah-rempah ke negara-negara lain.
“Kalau interaksi pendatang asing ke Malikussaleh itu sudah sangat jelas. Saya meneliti ribuan nisan, itu coraknya beragam, mulai dari Mongolia dan India. Ini menandakan ada interaksi intensif pendatang (dengan) urusan bisnis ke Malikussaleh,” kata peneliti efigraf makam-makam kuno di Aceh ini.
Dia menegaskan, penelitian itu harus dilakukan komprehensif, agar jalur rempah di Aceh menjadi jelas.
“Utamanya kita harus lihat di negara lain, misalnya hubungan India dengan Aceh, China dengan Aceh. Penelitian di China atau di India-nya harus dilakukan,” terangnya.
Dia berharap, jalur rempah yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bisa memperjelas detail hubungan dagang Kerajaan Samudera Pasai dengan seluruh negara lainnya di masa lalu.