Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaharu, Wewangian Para Raja, dan Jalur Perdagangan Samudera Pasai

Kompas.com - 06/09/2021, 10:18 WIB
Masriadi ,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

Jalur dagang Kerjaan Samudera Pasai belum diteliti secara komprehensif

Peneliti senior Centre for Information for Samudera Pasai Heritage (CISAH) Tgk Taqiyuddin Muhammad, mengatakan, jalur dagang Kerajaan Samudera Pasai belum diteliti secara komprehensif.

“Benar, bahwa Ibnu Batutah mencatat banyak soal rempah. Namun, itu belum terkonfirmasi ke negara lainnya. Misalnya, jalur dagang Kerajaan Samudera Pasai dengan India - di India, di Gujarat, itu belum kita teliti detailnya,” kata Taqiyuddin.

Kabar bahwa rempah seperti cengkeh, pala, dan gaharu menjadi primadona masa lalu tak terbantahkan. Namun, detailnya belum diketahui pasti. Bahkan, letak pelabuhan utama juga belum diketahui pasti.

“Saya menduga, pelabuhan utama Kerajaan Samudera Pasai itu di Teluk Samawi. Itu sekarang di kawasan pusat Kota Lhokseumawe. Di situ dulu pelabuhan awal-awal Indonesia merdeka sebelum pindah ke Krueng Geukuh sekarang ini,” jelasnya.

Baca juga:

Dari Teluk Samawi inilah seluruh kapal asing mengangkut barang dagangan yang didominasi rempah-rempah ke negara-negara lain.

“Kalau interaksi pendatang asing ke Malikussaleh itu sudah sangat jelas. Saya meneliti ribuan nisan, itu coraknya beragam, mulai dari Mongolia dan India. Ini menandakan ada interaksi intensif pendatang (dengan) urusan bisnis ke Malikussaleh,” kata peneliti efigraf makam-makam kuno di Aceh ini.

Dia menegaskan, penelitian itu harus dilakukan komprehensif, agar jalur rempah di Aceh menjadi jelas.

“Utamanya kita harus lihat di negara lain, misalnya hubungan India dengan Aceh, China dengan Aceh. Penelitian di China atau di India-nya harus dilakukan,” terangnya.

Dia berharap, jalur rempah yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bisa memperjelas detail hubungan dagang Kerajaan Samudera Pasai dengan seluruh negara lainnya di masa lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga Mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga Mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com