KOMPAS.com – Sigale-gale merupakan boneka dari Samosir, Sumatera Utara yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
Boneka kayu berbentuk menyerupai manusia ini kerap digunakan dalam acara adat dan pertunjukan untuk menyambut wisatawan yang tiba di Samosir.
Namun, tak perlu pergi jauh ke Samosir untuk bisa menyaksikan Sigale-gale. Terdapat dua tempat wisata yang memiliki boneka Sigale-gale.
Baca juga: Anjungan Sumatera Utara di TMII, Obat Rindu Wisatawan Suku Batak
Pertama adalah Anjungan Sumut di TMII. Tepatnya di dalam rumat adat Batak Toba yang berada pada sisi kanan pintu masuk anjungan.
Kamu bisa menemuinya pada sisi kiri pintu masuk rumah adat. Tepatnya di dekat deretan kain ulos dan diorama cerita rakyat Sumut.
Tempat wisata lain yang bisa dikunjungi untuk melihat Sigale-gale adalah Museum Wayang, bangunan bergaya arsitektur khas Hindia Belanda yang berlokasi di kawasan Kota Tua.
Baca juga: Boneka Sigale-gale di Museum Wayang, Konon Bisa Bergerak Sendiri
Kendati demikian, saat ini dua tempat wisata itu tidak bisa dikunjungi. Untuk Anjungan Sumut, saat ini mereka sedang direnovasi. Sementara Museum Wayang masih ditutup karena PPKM Jawa-Bali.
Sigale-gale sendiri bukan sekadar boneka kayu. Menurut cerita turun temurun di kalangan masyarakat suku Batak, terdapat kisah pilu dibalik terciptanya boneka ini. Seperti apa kisahnya? Berikut Kompas.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (17/9/2021).
Pada ratusan tahun yang lalu, terdapat satu kerajaan yang tengah melakukan perebutan wilayah dengan cara berperang.
Melansir National Geographic, Selasa (22/10/2019), seorang raja mengutus anaknya yang bernama Manggale untuk mengikuti perang tersebut.
Alih-alih membawa kabar baik, pepearngan itu justru membawa kabar yang memilukan karena Manggale dinyatakan tewas dalam pertempuran.
Baca juga: 6 Kegiatan Wisata di Anjungan Sumatera Utara TMII, Belajar Seputar Kain Ulos
Tak ayal, sang raja pun bersedih karena kehilangan putra tunggalnya yang diutus untuk turun ke medan perang. Dia pun jatuh sakit.
Hari demi hari, kesehatannya makin menurun. Dikatakan pula sang raja sudah tidak memiliki harapan lagi untuk hidup. Para penasihat yang prihatin berkumpul untuk membahas pemulihan raja supaya kembali sehat dan bisa memimpin kerajaannya lagi.
Mereka pun memanggil seorang dukun, disebut Datu, untuk membuat patung kayu dengan wajah menyerupai Manggale.
Setelah patung selesai dibuat, Datu melakukan upacara ritual untuk memanggil arwah Manggale supaya masuk ke dalam patung.
Menurut informasi dalam situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, saat memanggil arwah Manggale, dia sambil meniup sordam atau alat musik khas Batak Toba yang mirip dengan seruling.
Baca juga: 7 Koleksi di Rumah Adat Batak Toba TMII, Ada Tongkat Tunggal Panaluan
Mengutip Kompas.com, Kamis (24/9/2020), Datu memanggil arwah Manggale ke dalam patung agar patung tersebut bisa bergerak.
Saat Datu meniup sordam, patung tersebut dikatakan bergerak mengikuti irama sordam dan menari sendiri tanpa bantuan manusia.
Setelah arwah sang anak masuk, patung tersebut diberikan kepada raja melalui upacara gondang sabangunan atau gondang bolon yang membuat kesehatan raja langsung membaik. Akhirnya, dia bisa memimpin kembali kerajaannya.
Baca juga: 5 Alasan Kamu Harus Berkunjung ke Anjungan Sumut di TMII
Boneka Sigale-gale digunakan dalam acara adat, tepatnya upacara kematian di Samosir. Biasanya, upacara akan dilakukan dengan iringan gondang bolon.
Pemandu Wisata Anjungan Sumatera Utara (Sumut) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) bernama Gunin mengatakan, gondang bolon adalah seperangkat alat musik tradisional Batak Toba.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.