Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PAREKRAF

Digitalisasi Jadi Angin Segar untuk Sektor Ekonomi Kreatif

Kompas.com - 13/12/2021, 11:54 WIB
Imalay Naomi Lasono,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Berbagai ketetapan terkait pembatasan aktivitas masyarakat selama pandemi Covid-19 membuat pola hidup masyarakat turut berubah. Salah satunya adalah cara berkomunikasi yang bergantung pada media digital.

Tidak hanya berdampak pada cara komunikasi perseorangan, digitalisasi komunikasi juga berpengaruh pada ranah usaha, termasuk dalam sektor ekonomi kreatif.

Agar pemasaran produk tetap berjalan lancar, para pelaku ekonomi kreatif (Ekraf) perlu beradaptasi dan mengikuti perubahan tersebut. Salah satunya dengan mempromosikan produk ke ruang digital.

Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya aktivitas masyarakat dalam menggunakan media digital. Berdasarkan data YouGov yang dikutip Facebook for Business, penggunaan media sosial naik hingga 38 persen selama pandemi Covid-19.

Angka tersebut ditangkap sebagai peluang bisnis bagi pelaku ekraf di Indonesia untuk melakukan digitalisasi. Terlebih, pandemi Covid-19 memberikan dampak yang besar bagi sektor ekraf secara global.

Sementara dari data yang sama, dibandingkan tahun sebelum pandemi, pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dari sektor ekonomi kreatif menjadi minus 2,39 persen. Adanya penurunan angka ini tentu memberikan dampak besar bagi ekonomi nasional.

Deputi Bidang Digital dan Produk Ekonomi Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Neil Himam berharap, pelaku ekonomi kreatif dapat segera memasuki ekosistem digital atau go online.

Baca juga: Apresiasi Kreasi Indonesia 2021: Menggali Potensi Para Pelaku Ekonomi Kreatif

Pemerintah juga menargetkan 30 juta industri kreatif dapat masuk ke ekosistem digital pada 2024.

Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dari sektor ekonomi kreatif menjadi -2,39 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelum terjadi pandemi. Adanya penurunan angka ini memberikan dampak besar bagi ekonomi nasional.

“Penguatan pada produk ekraf harus didukung dengan ekosistem yang baik. Ekosistem ini memiliki beberapa komponen dasar,” kata Neil dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Senin (13/12/2021).

Pertama, sumber daya manusia (SDM) dan talenta yang kompeten akan menjadi penggerak maju bagi sektor ekraf.

Kedua, ketersediaan sumber daya yang lainnya, termasuk perangkat, seperti frekuensi radio sebagai alat komunikasi.

Ketiga, sumber daya artifisial atau buatan, seperti numbering, internet protocol (IP) Address, dan domain.

Ilustrasi pekerja di sektor ekonomi kreatif.Shutterstock/Odua Images Ilustrasi pekerja di sektor ekonomi kreatif.

Peran ekosistem digital dalam ekonom kreatif

Neil melanjutkan, peningkatan populasi konsumen digital adalah peluang yang sangat besar bagi industri kreatif Indonesia untuk bangkit. Untuk dapat menyentuh konsumen tersebut, pelaku ekonomi kreatif harus mampu memanfaatkan media digital.

Ketika memasuki ekosistem digital, salah satu modal yang harus dimiliki oleh pelaku ekraf adalah kreativitas. Pelaku ekraf juga harus selalu memperbarui ide untuk dapat menarik perhatian konsumen atau audiens.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com