Tempat wisata ini menawarkan konsep unik, yaitu menghadirkan ruangan terbalik.
Mengutip Kompas.com (13/9/2016), pengunjung akan mendapati perabotan yang ditempel di dinding dan atap bangunan. Sebut saja, tempat tidur, sofa, meja makan, dan sebagainya yang tertempel pada langit-langit.
Semua barang yang digunakan di tempat ini adalah asli. Meskipun demikian, pengunjung tidak perlu khawatir mengenai keamanan, karena barang-barang tersebut direkatkan dengan kuat.
Penataan barang yang sedemikian rupa menghasilkan foto pengunjung seolah-olah terlihat terbalik melawan gravitasi saat berada di dalam ruangan.
Lokasinya berada di Jalan Ring Road Utara 18, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.
Baca juga: 9 Tempat Ngopi di Yogyakarta dengan Pemandangan yang Instagramable
Tidak hanya berkaitan dengan sejarah, Yogyakarta juga memiliki museum kuliner, salah satunya Chocolate Monggo Museum
Para orangtua bisa mengajak anak-anak mereka untuk wisata sekaligus edukasi kuliner di Chocolate Monggo Museum.
Berdasarkan informasi dari situs Visiting Jogja Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, obyek wisata ini memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar tentang sejarah coklat nusantara.
Selain itu, anak-anak bisa melihat proses pembuatan biji coklat hingga menjadi coklat siap makan.
Serunya lagi, anak-anak juga bisa belajar bikin coklat dan membawa pulang olahan coklat hasil karyanya. Lokasi Chocolate Monggo Museum. berada di Jalan Tugu Gentong RT03, Sribitan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Baca juga: Sejarah Berdirinya Yogyakarta, Kerajaan Besar yang Pecah Jadi 2
Tak lengkap rasanya jika berwisata ke Yogyakarta tanpa mengunjungi Keraton Yogyakarta. Sebagian area keraton berada dalam ruangan, sehingga masih bisa dikunjungi meskipun musim hujan.
Keraton Yogyakarta menyimpan banyak saksi sejarah perkembangan budaya Jawa dan Indonesia, sehingga anak-anak dapat berwisata edukasi.
Mengutip Kompas.com, (3/7/2021), keraton ini didirikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I pada 1755, setelah Kerajaan Mataram Islam terpecah menjadi dua.
Kompleks Keraton Yogyakarta dibagi dalam tiga halaman yang membujur dari arah utara ke selatan. Wisatawan bisa melihat berbagai peninggalan keraton Yogyakarta, seperti benda pusaka, kereta kuda kerajaan, potret, dan lainnya.
Selama kunjungan, wisatawan akan ditemani oleh pemandu wisata yang akan menjelaskan sejarah Keraton Yogyakarta.
Baca juga: Rute dan Harga Tiket Masuk Kebun Buah Mangunan, Yogyakarta
Jika melintasi Jalan Malioboro hingga Titik Nol Kilometer Yogyakarta wisatawan akan menemui bangunan peninggalan kolonial, yaitu Benteng Vredeburg.
Benteng Vredeburg merupakan salah satu bangunan yang menjadi saksi bisu peristiwa-peristiwa bersejarah Indonesia yang terjadi di Yogyakarta
Mengutip situs Dinas Kebudayaan Yogyakarta, dulunya pihak Belanda mengusulkan kepada sultan agar diizinkan membangun sebuah benteng di dekat keraton.
Dalihnya, agar Beanda dapat menjaga keamanan keraton dan sektarnya. Akan tetapi, tujuan asli pihak Belanda adalah mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam keraton.
Benteng Vredeburg memiliki koleksi berupa minirama Kongres Boedi Oetomo, diorama pelantikan Soedirman sebagai Panglima Besar TNI, mesin ketik Surjopranoto, kendil yang digunakan oleh Soedirman, Dokumen Soetomo, dan bangku militer akademi
Sementara di dalamnya terdapat beberapa bangunan penting, seperti rumah perwira, rumah residen, asrama prajurit, gudang senjata, gudang logistik, hingga rumah sakit.
Baca juga: 9 Wisata Malam Yogyakarta yang Romantis dan Murah Meriah
Sendratari Ramayana adalah pertunjukan yang menggabungkan tari dan drama tanpa dialog.
Mengutip dari situs Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, pertunjukkan yang digelar di dekat Candi Prambanan tersebut mengangkat cerita Ramayana.
Cerita Ramayana tersebut berdasarkan epos Hindu, yang diadaptasi dengan budaya Jawa sehingga membuat Sendratari Ramayana menjadi tarian unik.
Baca juga: 7 Pantai di Yogyakarta untuk Melihat Sunset
Lebih dari 200 penari profesional dan musisi lokal berpartisipasi dalam Sendratari Ramayana. Pada musim kemarau, Sendratari Ramayana dipentaskan pada panggung terbuka dengan Candi Prambanan sebagai latar belakang.
Namun, pada musim hujan pertunjukkan Sendratari Ramayana Prambanan diadakan di panggung tertutup atau Trimurti Stage.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.