Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/01/2023, 20:09 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Alasan mendominasinya peranakan Tionghoa di Tangerang agaknya dapat diketahui dari jejak sejarah bermulanya peradaban Tionghoa di Tangerang.

Bukti sejarah berupa prasasti dan koleksi peninggalan peradaban Tionghoa di Tangerang disimpan dan dipajang di dalam Museum Benteng Heritage.

Baca juga:

Jika tertarik mendalami peradaban Tionghoa di Tanah Air, berikut sejarah singkat tentang museum yang berlokasi di jalan Cilame Nomor 18-20, Pasar Lama, Tangerang, Banten ini.

Sejarah peranakan Tionghoa di Tangerang

Sejumlah patung, guci dan benda berbahan keramik koleksi Museum Benteng Heritage di Pasar Lama, Kota Tangerang, Banten.KOMPAS/RADITYA HELABUMI Sejumlah patung, guci dan benda berbahan keramik koleksi Museum Benteng Heritage di Pasar Lama, Kota Tangerang, Banten.

Pemandu wisata Museum Benteng Heritage Martin mengatakan, orang Tionghoa pertama kali datang ke Tangerang pada 1407.

"Waktu itu orang Tionghoa yang dipimpin oleh Chen Ci Lung melakukan pendaratan di Teluk Naga," kata Martin kepada Kompas.com di Museum Benteng Heritage pada Rabu (11/01/2023).

Martin menjelaskan, pendaratan Chen Ci Lung di Teluk Naga pada saat itu dilakukan atas utusan dari Laksamana Cheng Ho.

Baca juga:

Pada zaman dahulu, Laksamana Cheng Ho melakukan tujuh kali pelayaran, beberapa lokasi yang didatangi seperti Semarang, Palembang, Laut Cina Selatan, dan salah satunya daerah Tangerang, Banten.

Adapun tujuan pelayaran Laksamana Cheng Ho, kata Martin, dilatarbelakangi kepentingan, yakni menjaga Laut Cina Selatan, melakukan sistem perdagangan, serta menangkap pemberontak yang ada di Sumatera Selatan.

Pendaratan anak buah Laksamana Cheng Ho di Banteng bertujuan untuk melakukan perdagangan dengan penduduk pribumi.

"Mereka (orang Tionghoa) tinggal di sini (Tangerang), dan berbaur dengan masyarakat lokal," kata Martin.

Baca juga: Kenapa Imlek Identik dengan Warna Merah?

Orang Tionghoa yang tinggal di Tangerang juga membuka lahan pertanian dan melakukan pernikahan campuran dengan penduduk pribumi.

Sehingga, keturunan orang Tionghoa yang menikah dengan pribumi di Tangerang disebut juga peranakan Tionghoa sampai sekarang.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

 

Sejarah Museum Benteng Heritage

Martin mengatakan, bangunan yang dijadikan sebagai Museum Benteng Heritage saat ini diperkirakan sudah dibangun sejak abad ke-17. 

Sebelum menjadi museum, bangunan tersebut pada zaman dahulu merupakan rumah sebuah organisasi atau komunitas. Hal ini dapat diketahui dari adanya relief yang berada di dalam bangunan.

Relief yang menceritakan tentang usaha Kwan Kong menyelamatkan kakak ipar perempuannya dari kejaran Cao Cao terpahat di atap Museum Benteng Heritage.KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO Relief yang menceritakan tentang usaha Kwan Kong menyelamatkan kakak ipar perempuannya dari kejaran Cao Cao terpahat di atap Museum Benteng Heritage.

Relief yang ada di dalam bangunan, kata Martin, merupakan bagian masterpiece dari Museum Benteng Heritage.

Sebelum direstorasi menjadi sebuah museum, dahulu relief yang ada di dalam bangunan itu masih berwarna hitam karena tertutup debu.

Setelah direstorasi dan dibersihkan, barulah warna dari relief pada bangunan muncul.

Baca juga: Museum Benteng Heritage, Museum Tionghoa Pertama di Indonesia

Untuk diketahui, relief yang berada di dalam Museum Benteng Heritage masih asli, baik dari ornamen hingga warna.

"Pada abad ke-19, bangunan ini (Museum Benteng Heritage) dimiliki secara pribadi oleh keluarga bermarga Lao hingga turun temurun," terang Martin.

Udaya Halim, pendiri Museum Benteng Heritage, di ruangan pribadinya dengan ragam jenis kamera yang dimiliki, Minggu (31/1/2016).Kompas.com/Ersianty Peginusa Wardhani Udaya Halim, pendiri Museum Benteng Heritage, di ruangan pribadinya dengan ragam jenis kamera yang dimiliki, Minggu (31/1/2016).

Barulah pada 2009, bangunan tersebut dibeli oleh Udaya Halim, dilakukan restorasi, dan kemudian diresmikan sebagai museum pada 11 November 2011.

"Jadi kami dapat bangunannya kosong, dan kami isi dengan koleksi sejarah peranakan (Tionghoa)," katanya.

Baca juga: Museum Benteng Heritage, The Pearl of Tangerang

Penggunaan nama "Benteng " pada museum pun bukan tanpa alasan.

Martin mengatakan bahwa tempat tinggal peranakan Tionghoa di Tangerang berada di kawasan benteng yang dibangun oleh orang Belanda.

Sehingga, Tangerang pada saat itu disebut dengan kota Benteng. Sementara peranakan Tionghoa yang tinggal di Tangerang pada saat itu disebut dengan "Cina Benteng".

Baca juga: Libur Imlek 2023 Tanggal Berapa?

Proses restorasi yang dilakukan pada bangunan museum hanya sebatas memberi tambahan ornamen dan membersihkan.

Tidak ada perbedaan signifikan antara bangunan Museum Benteng Heritage yang dilihat saat ini dengan bangunan yang sudah ada sejak abad ke-17.

Museum Benteng HeritageBentengheritage.com Museum Benteng Heritage

Bangunan Museum Benteng Heritage terbuat dari kayu dan terdiri dari dua lantai. Lantai satu museum khusus menyimpan koleksi lukisan dan bacaan seputar peranakan Tionghoa.

Sementara di lantai dua museum khusus menyimpan koleksi sejarah peranakan Tionghoa. Di antaranya ada alat yang digunakan saat berdagang, pakaian, ranjang pengantin, hingga baju pengantin peranakan Tionghoa.

Baca juga:

Untuk diketahui, Museum Benteng Heritage dapat dikunjungi oleh semua kalangan. Harga tiket masuk museum untuk umum yakni Rp 30.000.

Sementara tiket masuk museum untuk kalangan pelajar Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni Rp 20.000.

Museum Benteng Heritage beroperasi setiap Selasa hingga Minggu mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com