Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iraw Tengkayu, Tradisi Mengarak Perahu Hias Suku Tidung di Tarakan

Kompas.com - 23/02/2023, 10:34 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kota Tarakan di Kalimantan Utara disebut sebagai miniatur Indonesia. 

Menurut Wali Kota Tarakan, Khairul, kawasan yang terpisah dari Pulau Kalimantan besar ini memiliki beragam budaya, alam, dan tradisi. Masyarakat yang menetap di wilayah itu pun berasal dari berbagai suku daerah di Indonesia.

Baca juga: Wisata di Tarakan Kalimantan Utara, Bisa Naik 3 Transportasi Ini

"Di Tarakan itu budayanya juga banyak banget, saya bilang Tarakan ini miniaturnya Indonesia, dan hampir semua suku ada di sana," kata Khairul kepada Kompas.com saat acara Nusaraya, Rabu (22/2/2023).

Ragam suku dan budaya tersebut biasanya ditampilkan di sebuah festival tahunan di Kota Tarakan bernama Festival Iraw Tengkayu.

"Festival Iraw Tengkayu ini dulu dilaksanakan dua tahun sekali, tapi sekarang setahun sekali. Ini juga bagian dari promosi wisata kita," ujarnya.

Dikutip dari laman resmi Dinas Kebudayaan Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata Kota Tarakan, Festival Iraw Tengkayu adalah upacara tradisional dan perlombaan yang diadakan oleh masyarakat suku tidung di Kota Tarakan.

Baca juga: Citilink Buka Rute Baru, Surabaya-Sumenep dan Balikpapan-Tarakan PP

Sejumlah siswa-siswi sekolah di Tarakan membawakan Tari Iluk Tengkayu pada Festival Iraw Tengkayu ke-X di Pantai Amal Lama, Tarakan, Kalimantan Utara, Minggu (22/12/2019). Festival yang dirayakan setiap dua tahun sekali ini merupakan perayaan atau pesta laut dari Suku Tidung Kalimantan Utara sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang telah diberikan. ANTARA FOTO/Fachrurrozi/aww.FACHRURROZI Sejumlah siswa-siswi sekolah di Tarakan membawakan Tari Iluk Tengkayu pada Festival Iraw Tengkayu ke-X di Pantai Amal Lama, Tarakan, Kalimantan Utara, Minggu (22/12/2019). Festival yang dirayakan setiap dua tahun sekali ini merupakan perayaan atau pesta laut dari Suku Tidung Kalimantan Utara sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang telah diberikan. ANTARA FOTO/Fachrurrozi/aww.

Upacara ini dilakukan secara turun-temurun. Waktu pelaksanaannya biasanya bertepatan dengan hari jadi Kota Tarakan yakni pada 15 Desember.

Nama Festival Iraw Tengkayu diambil dari dua kata dari Bahasa Tidung, yaitu "iraw" artinya perayaan atau pesta, sedangkan "tengkayu" artinya pulau kecil yang dikeliling oleh laut.

Pulau kecil yang dimaksud mewakilkan identitas Pulau Tarakan.

"Festival Iraw Tengkayu sudah masuk ke 100 Kharisma Event Nusantara (KEN), kita dibantu juga sama Kemenpar (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) untuk mempromosikan," kata Khairul.

Rangkaian acara Festival Iraw Tengkayu terdiri dari beragam perlombaan, mengarak perahu, dan menghanyutkan sesaji ke laut.

Baca juga:

Padaw Tuju Dulung, puncak Festival Iraw Tengkayu

Puncak acara Festival Iraw Tengkayu.Dok. Badan Pengawan Kuangan dan Pembangunan. Puncak acara Festival Iraw Tengkayu.

Puncak dari acara Festival Iraw Tengkayu yaitu ritual adat Parade Padaw Tuju Dulung. Padaw Tuju Dulung yaitu perahu hias yang diarak keliling kota dan kemudian dihanyutkan ke tengah laut.

Di bagian bawah perahu nantinya akan dipasang beberapa bilah bambu yang digunakan oleh para pemuda untuk mengangkut Padaw Tuju Dulung.

Padaw Tuju Dulung terdiri dari tiga cabang yang disebut haluan. Haluan di bagian tengah dibuat tiga tingkat, sedangkan dua haluan lainnya (bagian kiri dan kanan) masing-masing dibuat menjadi dua tingkat.

Adapun total tingkat yang ada di Padaw Tuju Dulung yakni tujuh tingkat. 

Total tingkatan tersebut bermakna jumlah hari dalam satu pekan, sebagai lambang perjalanan kehidupan manusia yang berulang setiap pekannya.

Baca juga:

Makna hiasan Padaw Tuju Dulung

Pemuda suku Tidung mengarak Padaw Tuju Dulung.Dok. Badan Pemeriksa Keuangan Kalimantan Utara. Pemuda suku Tidung mengarak Padaw Tuju Dulung.

Padaw Tuju Dulung dicat dengan tiga jenis warna yakni kuning, hijau, dan merah. 

Di bagian atas perahu dicat menggunakan warna kuning yang, menurut budaya suku tidung, melambangkan kehormatan dan sesuatu yang ditinggikan.

Oleh karena itu, warna kuning digunakan di bagian tertinggi Padaw Tuju Dulung. Bersamaan dengan satu tiang paling tinggi di perahu yang bermakna Yang Maha Kuasa Allah SWT sebagai penguasa tertinggi alam semesta. 

Di bagian tengah Padaw Tuju Dulung dipasang lima tiang, melambangkan shalat lima waktu yang dilaksanakan oleh umat Islam setiap harinya.

Lima tiang ini berfungsi sebagai tempat mengikat kain yang disebut pari-pari. Di bawah pari-pari terdapat tempat berbentuk seperti rumah berukuran mini.

Tempat tersebut dilengkapi dengan atap bertingkat tiga yang dinamai meligay. Di bawah meligay terdapat kotak yang dilengkapi pintu di keempat sisinya.

Kotak tersebut berfungsi sebagai tempat makanan yang akan dijadikan sebagai sesaji. Masyarakat suku tidung menyebut sesaji sebagai pakan, pakan ini nantinya akan dilepaskan di laut saat puncak acara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com