Pada zaman Belanda, Gedung Bank Indonesia Yogyakarta bernama De Javasche Bank yang dibuka pada 1 April 1879. Dengan berlakunya UU Nomor 11 tahun 1953, maka De Javasche Bank dinasionalisasi dan berubah menjadi Bank Indonesia, termasuk kantor cabang Yogyakarta.
Bangunan Bank Indonesia Yogyakarta menghadap ke utara, terdiri dari dua tingkat dan satu basement. Arsitektur bangunan ini menunjukkan ciri arsitektur kolonial.
Pada bagian depan terdapat dua menara dengan kubah tembaga di bagian atasnya. Seluruh banguna Bank Indonesia Yogyakarta berwarna putih serta letaknya berdekatan dengan Kantor Pos Indonesia
Meskipun bukan bangunan sejarah, namun Taman Pintar cukup populer sebagai wisata edukasi di Yogyakarta. Mengutip situs Taman Pintar Yogyakarta, disebut Taman Pintar karena para siswa bisa leluasa memperdalam pemahaman soal materi-materi pelajaran di sekolah sekaligus berekreasi.
Terdapat sekitar 13 wahana edukasi dan rekreasi di Taman Pintar. pengunjung tidak dipungut biaya untuk memasuki area Taman Pintar alias gratis. Namun, wisatawan perlu membeli tiket untuk setiap wahana maupun program kreativitas.
Jika ingin berkunjung, obyek wisata ini buka setiap hari mulai dari pukul 08.30 sampai dengan 16.00 WIB.
Jika berjalan di kawasan Jalan Malioboro, kamu akan menemukan jam kota (stadsklok) atau dikenal sebagai Tugu Ngejaman. Dulunya, area di sekitarnya sering disebut Ngejaman.
Jam tersebut dibuat pada 1916, sebagai persembahan masyarakat Belanda pada pemerintahnya untuk memperingati satu abad kembalinya pemerintahan kolonial Belanda dari Inggris yang berkuasa di Jawa pada awal abad ke-19.
Kini, prasasti kecil yang menunjukkan tulisan itu telah dihilangkan. Tugu ini berada di depan Gereja Protestan sebelah utara Istana Kepresidenan Gedung Agung.
Baca juga:
Gedung Senisono kini menjadi bagian dari Istana Kepresidenan Gedung Agung. Dulunya, tempat ini bernama Societet de Vereeniging atau balai pertemuan yang dikenal masyarakat Yogyakarta dengan nama Balai Mataram.
Gedung ini merupakan tempat rekreasi orang-orang Belanda. Pada 1950-an, gedung ini digunakan sebagai bioskop rakyat dengan nama Senisono.
Kemudian, bioskop dipindah ke salah satu sudut Alun-alun Utara. Hingga akhir 1980-an, Gedung Senisono menjadi pusat kegiatan seni budaya di Kota Yogyakarta.
Jika berjalan ke arah barat dari titik nol kilometer Yogyakarta, wisatawan akan sampai di bagian utara Kampung Kauman.
Kawasan ini adalah perkampungan yang memiliki peran besar dalam sejarah Islam di Indonesia, karena merupakan tempat lahir organisasi Muhammadiyah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.