Adis mengatakan, dulunya kereta di Stasiun Tangerang bertugas mengangkut hasil-hasil pertanian, seperti kacang tanah, ketela, nila, kelapa, dan berbagai jenis sayuran.
Selain itu, diangkut pula hasil kerajinan rumah tangga atau industri kecil dari Tangerang. Kerajinan yang paling banyak dikerjakan adalah topi anyaman dari bambu.
"Dulu (kereta dari Tangerang) bawa hasil pertanian. Sekarang (bangunannya) jadi cagar budaya," ujarnya.
Baca juga:
Masih dari laman Heritage KAI, pada tahun 1935, tercatat ada 12 kali operasional kereta api dari Duri ke Tangerang, dan begitu pula sebaliknya.
Adapun pada zaman dahulu, waktu tempuh dari Stasiun Duri ke Stasiun Tangerang adalah sekitar 50 menit.
Kerata api Duri-Tangerang tersedia dalam dua rangkaian yakni rangkaian khusus kelas 3 dan rangkaian campuran antara kelas 2 dan 3.
Kelas 2 diperuntukan bagi orang China atau Timur Asing dan pengusaha pribumi, sedangkan kelas 3 untuk orang pribumi.
Baca juga: Ide Wisata Anak di Tangerang Selatan, Coba Wall Climbing Indoor
Adis melanjutkan, jalur kereta Duri-Tangerang sempat rusak akibat peperangan yang terjadi di Tanah Air.
Kemudian, pada tahun 1949, jalur tersebut dibangun kembali dan saat ini sudah berada dalam naungan PT Kereta Api Indonesia atau KAI (Persero).
"Jalur kereta ini sempat rusak, tahun 1949 dibangun kembali dan sekarang sudah jadi (milik) KAI," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya