Guna mengenang musibah tersebut, dibangun sebuah monumen yang bernama Monumen Gempa Potrobayan, seperti dikutip dari laman Kapanewon Pundong, Kabupaten Bantul
Nama monumen diambil dari lokasinya yakni Dusun Potrobayan, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Monumen itu berdiri sekitar 300 - 400 meter dari pertemuan Sungai Opak dan Sungai Oya yang ditengarai sebagai pusat gempa.
Masyarakat setempat menyebut monumen atau prasasti ini sebagai tetenger yang berarti tanda dimana pusat gempa terjadi.
Monumen Gempa Potrobayan dibangun pada peringatan 10 tahun gempa Yogyakarta, tepatnya pada 2016 lalu, seperti dikutip dari Kompas.com (26/5/2023).
Bangunan monumen berupa batu andesit setinggi 1,5 meter yang berasal dari Gunung Merapi. Pada samping kanan dan kiri terdapat batu yang berisi prasasti serta ditandatangani oleh Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, Bupati Bantul Suharsono, dan Rektor UPN Veteran.
Baca juga:
Masyarakat maupun pengunjung umum bisa mendatangi lokasi Monumen Gempa Potrobayan untuk mengenang dahsyatnya gempa Yogyakarta pada 2006 lalu. Pengunjung Monumen Gempa Potrobayan tidak dipungut biaya.
Kawasan tersebut buka selama 24 jam. Selain mengenang peristiwa gempa Yogyakarta 2006, pengunjung bisa menyaksikan panorama sekitar monumen yang dikelilingi pepohonan hijau.
Selain itu, pengunjung juga bisa menyaksikan pemandangan hamparan sawah dan perkebunan warga dari ketinggian. Jika berangkat dari Kota Yogyakarta, jaraknya sekitar 20 km atau 50 menit berkendara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.