Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Fakta Hari Raya Galungan, Pernah Berhenti Dirayakan Selama 23 Tahun

Kompas.com - 01/08/2023, 18:40 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

 

4. Memiliki rangkaian panjang 

Umat Hindu bersembahyang saat Hari Raya Galungan di Pura Jagatnatha, Denpasar, Bali, Rabu (16/9/2020). Perayaan Hari Raya Galungan yang merupakan hari kemenangan kebenaran (Dharma) atas kejahatan (Adharma) tersebut diikuti umat Hindu di Pulau Dewata dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat untuk mencegah penyebaran pandemi COVID-19.ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF Umat Hindu bersembahyang saat Hari Raya Galungan di Pura Jagatnatha, Denpasar, Bali, Rabu (16/9/2020). Perayaan Hari Raya Galungan yang merupakan hari kemenangan kebenaran (Dharma) atas kejahatan (Adharma) tersebut diikuti umat Hindu di Pulau Dewata dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat untuk mencegah penyebaran pandemi COVID-19.

Hari Raya Galungan terdiri dari rangkaian ritual panjang yang sudah dimulai sejak 25 hari sebelumnya. Sejumlah rangkaian Hari Raya Galungan itu meliputi, Tumpek Wariga, Sugihan Jawa, Sugihan Bali, Hari Penyekeban, Hari Penyajan, dan Hari Penampahan yang jatuh sehari sebelum Hari Raya Galungan.

Ritual masih berlanjut bahkan setelah Hari Raya Galungan, seperti Hari Umanis Galungan, di mana umat Hindu melaksanakan sembahyang dan dilanjutkan dengan Dharma Santi. Kemudian, umat Hindu saling mengunjungi sanak saudara atau tempat rekreasi.

Setiap rangkaian ritual Hari Raya Galungan memiliki makna mendalam bagi umat Hindu.

5. Sudah dirayakan sejak 882 masehi

Bagaimana sejarah Hari Raya Galungan? Menurut lontar Purana Bali Dwipa, Hari Raya Galungan pertama kali dirayakan pada 882 masehi atau tahun 804 saka, seperti dikutip dari laman Pemerintah Kabupaten Buleleng.

Lontar adalah kitab pedoman yang disucikan oleh umat Hindu. Pada Lontar Purana Bali Dwipa disebutkan bahwa upacara Hari Raya Galungan pertama adalah pada Rabu kliwon, duku dungulan bulan keempat tanggal 15 tahun 804 Saka.

Baca juga:

6. Pernah berhenti dirayakan selama 23 tahun 

Setelah dirayakan pertama kali pada 822 masehi, Hari Raya Galungan diperingati selama tiga abad, seperti dikutip dari website PHDI Banten. Namun, perayaan Galungan sempat berhenti selama 23 tahun lamanya.

Tepatnya, peringatan Hari Raya Galungan dihentikan pada 1103 Saka di bawah pemerintahan Raja Sri Ekajaya. Konon, musibah datang saat perayaan Galungan ditiadakan.

Pada 1126 Saka, perayaan kembali dilaksanakan pada masa pemerintahan Raja Sri Jayakasunu, seperti yang tertulis dalam lontar Sri Jayakasunu. Perayaan Galungan kembali diadakan setelah Raja Sri Jayakasunu melakukan tapa brata dan semedi di Bali.

Dalam pertapaannya itu, Raja Sri Jayakasunu mendapat wangsit bahwa musibah yang terjadi tersebut lantaran umat Hindu tidak menggelar perayaan Galungan. Sejak saat itu, perayaan Galungan kembali digelar hingga sekarang.

7. Umat Hindu memasang penjor

Ilustrasi penjorDok. kemenparekraf.go.id Ilustrasi penjor

Pada Hari Raya Galungan, umat Hindu memasang penjor. Bagi umat Hindu, penjor merupakan simbol kemenangan dan kemakmuran, serta sebagai wujud rasa syukur dan persembahan kepada bhatara, sesuai dengan makna Hari Raya Galungan. 

Penjor merupakan simbol gunung yang dianggap suci tempat Sang Hyang Widi dan simbol kekuatan Sang Hyang Brahma, seperti dikutip dari laman Pemerintah Kabupaten Buleleng.

Penjor pada umumnya terbuat dari sebatang bambu yang ujungnya dibuat melengkung. Sebatang bambu tersebut dihiasi dengan daun kelapa (janur) dan dilengkapi dengan berbagai hasil pertanian, seperti umbi-umbian (pala bungkah), buah-buahan (pala gantung), dan biji-bijian (palawija), dan sebagainya.

Umat Hindu juga melengkapi penjor dengan sajen. Unsur-unsur tersebut melambangkan simbol-simbol suci yang berkaitan erat dengan nilai-nilai dan etika Hindu.

Pemasangan penjor dilaksanakan pada Hari Penampahan atau sehari sebelum Hari Raya Galungan, tepatnya pada Selasa wage wuku Dungulan setelah pukul 12.00 siang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com