KOMPAS.com - Taman Suropati di Jakarta Pusat kerap dijadikan lokasi berolahraga, berkumpulnya komunitas, yoga, dan membaca buku. Areanya pun sejuk berkat pepohonan rindang.
Dilansir dari Warta Kota, Senin (14/8/2023), area yang saat ini menjadi Taman Suropati dulunya merupakan lapangan. Pada tahun 1920, lapangan tersebut ditanami pepohonan dan bunga-bunga.
Baca juga:
"Taman Suropati ini dulu pada zaman Belanda namanya Burgemeester (Bisschop), jadi diambil dari nama Wali Kota (Batavia) pada saat itu," kata pemandu dari Wisata Kreatif Jakarta, Mutia Azzahra saat acara Tur Napak Tilas Kemerdekaan, Sabtu (12/8/2023).
Lokasi taman ini pun strategis karena dikelilingi bangunan-bangunan penting, sebut saja rumah dinas Panglima TNI, rumah dinas Wakil Presiden Republik Indonesia (RI), dan rumah dinas sejumlah duta besar.
Selain rumah dinas, ada beberapa tempat bersejarah di dekat Taman Suropati yang bisa dikunjungi dengan berjalan kaki.
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Paulus Jakarta berada di seberang Taman Suropati, jaraknya sekitar 140 meter.
Dikutip dari laman resminya, peletakan batu pertama bangunan gereja tersebut dilakukan pada 3 Januari 1936. Usai ibadah pentahbisan pada 6 Juni 1936, gereja ini dinamai Nassaukerk.
Pada era penjajahan Jepang mulai tahun 1942, Nassaukerk diganti menjadi Gereja Menteng. Kebaktian di gereja ini masih boleh dilakukan dalam bahasa Belanda, namun pada Oktober 1944 diganti menjadi campuran bahasa Melayu dan bahasa Belanda.
Selanjutnya pasca-Kemerdekaan Indonesia, kebaktian kembali dilakukan dalam bahasa Belanda dan ditambah bahasa Indonesia.
Baca juga: Gereja Sion, Gereja Tertua di Jakarta yang Usianya Lebih dari Tiga Abad
Bappenas merupakan akronim dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Gedungnya berjarak 160 meter di seberang Taman Suropati.
Dilaporkan oleh Kompas.com, Kamis (2/4/2009), Gedung Bappenas didirikan pada tahun 1925, tepatnya pada awal pembangunan daerah Menteng oleh Pemerintah Kotapraja Batavia.
Pada tahun 1966, gedung ini menjadi saksi bisu persidangan terkait peristiwa Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia atau G30S PKI oleh Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub). Peristiwa itu mengakibatkan gugurnya tujuh Pahlawan Revolusi.
"(Tahun 1967) baru digunakan menjadi (Gedung) Bappenas," tutur Mutia.
Baca juga: Mengulik Sejarah Stasiun Cikini, Jalurnya Sudah Ada sejak 1871
Masjid Sunda Kelapa cukup unik karena menyerupai kapal tidak memiliki kubah. Masjid ini berjarak sekitar 180 meter dari Taman Suropati dan bisa dicapai dengan berjalan kaki hampir lima menit.
Inisiatif pembangunan masjid ini sudah ada sejak tahun 1951, namun baru bisa terealisasi pada tahun 1968 akibat beragam kendala, di antaranya G30S PKI dan dana.
Menurut Sekretariat Masjid Agung Sunda Kelapa M Reno Fathur, tidak adanya kubah di masjid tersebut berhubungan dengan anggapan waktu itu bahwa kubah merupakan ciri arsitektur Timur Tengah.
Sementara itu, warga yang tinggal di Menteng lebih modern dan merasa tidak perlu kubah.
Baca juga: Sejarah Masjid Sunda Kelapa, Masjid Tanpa Kubah di Menteng
Pada masa penjajahan Jepang, bangunan Museum Perumusan Naskah Proklamasi dulunya adalah rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda. Pada tahun 1945, rumah tersebut dijadikan tempat perumusan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Salah satu barang yang masih asli di museum tersebut adalah plakat guna menyambut kenaikan tahta Raja George VI. Plakat itu ditemukan pada tahun 2017 di pohon beringin di pekarangan depan museum.
Selain plakat, pengunjung juga bisa melihat patung-patung yang menggambarkan proses perumusan teks proklamasi dan mengunjungi ruang bawah tanah.
Museum ini berjarak sekitar 190 meter dari Taman Suropati, dengan durasi berjalan kaki hampir lima menit.
Baca juga: Pengalaman ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Masuk ke Ruang Bawah Tanah
Jika berjalan dari Taman Suropati ke arah Taman Proklamator (Taman Proklamasi) di Jalan Pangeran Diponegoro, kamu akan menjumpai sejumlah rumah dinas, kantor, dan tempat bersejarah lainnya. Salah satunya rumah Adam Malik.
Dilaporkan oleh Kompas.com, Sabtu (20/3/2021), Adam Malik merupakan Wakil Presiden Ketiga RI, tepatnya dari tahun 1978 sampai 1983.
Sebelum menjabat sebagai Wakil Presiden RI, Adam Malik juga termasuk aktivis pemuda yang membawa Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok, Jawa Barat, pada 1945.
Saat ini rumah tersebut telah menjadi kantor Sekretariat Dewan Pimpinan Pusat Partai Perindo. Jaraknya kira-kira 650 meter dari Taman Suropati.
Museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi atau Museum Sasmitaloka Ahmad Yani berjarak sekitar 850 meter dari Taman Suropati. Wisatawan bisa berjalan kaki lebih-kurang 10 menit untuk tiba di museum ini.
Bangunan museum sesungguhnya kediaman Jenderal Ahmad Yani, salah satu Pahlawan Revolusi yang ditembak pada tahun 1945. Peristiwa tersebut pun terjadi di kediaman ini.
Selain furnitur dan barang-barang pribadi Jenderal Ahmad Yani, pengunjung bisa melihat dokumentasi dan mengunjungi kamar Ahmad Yani yang masih terawat.
Baca juga: Pengalaman ke Museum Sasmitaloka, Lihat Kamar Jenderal Ahmad Yani
Jalan Surabaya telah dikenal sebagai salah satu lokasi membeli barang-barang kuno, mulai dari pajangan, kaset, hingga koin. Tempat ini berjarak sekitar satu kilometer (km) dari Taman Suropati.
Dikutip dari Kompas.com, Sabtu (10/6/2023), pedagang barang antik sudah melapak di sepanjang jalan tersebut sejak tahun 1960-1970-an.
Hal tersebut membuat Jalan Surabaya ramai, khususnya oleh wisatawan mancanegara (wisman).
Baca juga: Melihat Pasar Barang Antik di Jalan Surabaya yang Kini Sepi Pengunjung
Masih di Jalan Pangeran Diponegoro atau sekitar 1,1 km dari Taman Suropati, terdapat salah satu tempat bersejarah yaitu rumah Wakil Presiden Pertama RI, Mohammad Hatta.
Menurut Mutia, rumah tersebut masih dihuni hingga saat ini oleh anak dan cucu Mohammad Hatta sehingga tidak bisa sembarangan dikunjungi wisatawan.
Di dalam rumah ini, dikutip dari BBC, Senin (15/2/2010), terdapat perpustakaan yang berisi koleksi buku-buku beragam bahasa milik Mohammad Hatta.
Baca juga: 5 Tempat Wisata Dekat Museum Sasmitaloka, Ada Jalan Surabaya
Tahukah kamu, dulu bioskop Metropole XXI awalnya bernama Metropole. Kemudian, pada tahun 1960-an, namanya diganti menjadi Megaria.
Hal itu, dikutip dari Harian Kompas dan Kompas.com, Kamis (23/2/2023), lantaran Presiden Pertama RI, Soekarno tidak menyukai nama berbau Belanda tersebut.
Saat ini bioskop tersebut dikenal sebagai Metropole XXI dan dilengkapi sejumlah restoran dan tempat nongkrong. Jaraknya sekitar 1,4 km dari Taman Suropati.
"Salah satu makanan di sini yang terkenal adalah pempek dan es teler-nya," ujar Mutia.
Baca juga: Itinerary Seharian Wisata Kemerdekaan di Menteng Jakarta
Taman Proklamator atau Taman Proklamasi dulunya adalah rumah Soekarno. Di lokasi itulah, tepatnya di Tugu Petir, naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan pada 17 Agustus 1945.
Selain Tugu Petir, di taman ini juga ada Tugu Peringatan Satu Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia dan Monumen Proklamator Soekarno-Hatta.
Pengunjung bisa duduk-duduk atau berjalan di antara pepohonan. Suasananya pun terbilang asri, bahkan saat siang hari, berkat rindangnya pepohonan yang ada.
Jaraknya dari Taman Suropati kira-kira 1,9 km dan bisa dicapai dengan berjalan kaki selama sekitar 25 menit.
Baca juga: Panduan Lengkap ke Taman Proklamasi, Kilas Balik Kemerdekaan Indonesia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.