Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengunjungi Gedung Juang 45, Wisata Sejarah di Bekasi  

Kompas.com - 13/09/2023, 14:07 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

Pindah ke ruangan berikutnya, terdapat ruangaan yang menyediakan informasi seputar pecahnya perang Pasunda Bubat.

Kata Sani, perang Pasunda Bubat ini terjadi antara Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Galuh. 

Mulanya, Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit hendak mempersunting Dyah Pitaloka dari Kerajaan Galuh.

Baca juga: Museum Bekasi Gedung Juang 45: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket

Pertemuan pun dilakukan. Pada saat itu, Kerajaan Galuh datang untuk menerima lamaran dari Kerajaan Majapahit.

Sebaliknya, lamaran tersebut ternyata hanyalah jebakan oleh Kerajaaan Majapahit untuk menaklukan kerajaan Galuh.

"Saat pertemuan tersebut, Kerajaan Galuh datang berniat untuk besanan dengan Kerajaan Majapahit. Nyatanya Majapahit datang bersama pasukan perangnya," kata Sani.

Alhasil, terjadilah perperangan dan anggota Kerajaan Galuh gugur saat perperangan karena tidak ada persiapan hendak perang.

Di beberapa ruangan museum yang saya lewati tersedia media untuk permainan. Sayangnya, saat itu fasilitas tersebut tidak bisa digunakan.

Pengunjung di Museum Bekasi Gedung Juang 45.Kompas.com/Suci Wulandari Putri Pengunjung di Museum Bekasi Gedung Juang 45.

Lanjut ke lantai dua, terdapat informasi mengenai keberadaaan bangsa Belanda di Bekasi, cerita mengenai Entong Tolo sang jawara dari Bekasi, serta terdapat ruang teater.

Di ruang teater, pengunjung bisa menyaksikan tayangan seputar sejarah Kota Bekasi, seni dan budaya yang ada di Bekasi, serta kuliner khas Bekasi.

Hawa dan aroma ruangan lantai satu dan dua terasa berbeda. Lantai satu museum terasa sejuk, ditambah adanya pendingin udara.

Baca juga: 5 Aktivitas di Museum Bekasi Gedung Juang 45, Nonton Gratis

Sementara di lantai dua museum terasa hawa panas, meskipun terdapat pendingin udara, dan tercium aroma ruangan serupa rumah tua.

Menurut Sani, aroma seperti rumah tua ini terasa karena gedung yang difungsikan sebagai museum ini dulu sempat menjadi rumah bagi banyak kelelawar.

"Memang, saat kita naik ke lantai dua, hawanya sudah berbeda, padahal gedung ini sudah direvitalisasi," katanya.

Patung kelelawar, ikon di Museum Bekasi Gedung Juang 45.Kompas.com/Suci Wulandari Putri Patung kelelawar, ikon di Museum Bekasi Gedung Juang 45.

Bahkan, di lantai dua museum pun ada monumen kelelawar, sebagai penanda bahwa gedung museum sempat menjadi sarang kelelawar belasan tahun yang lalu.

Saya keluar dari museum pukul 16.00 WIB, bertepatan dengan tutupnya operasional museum. 

Keluar dari museum, di halaman museum tampak banyak masyarakat yang akan melakukan olahraga bersama. 

Baca juga: 4 Tips ke Museum Bekasi Gedung Juang 45, Ketahui Jadwal Teater

Sembari menikmati angin sore dan suasana di Bekasi, saya memutuskan untuk duduk sejenak di lapangan museum hingga pukul 17.00 WIB.

Setelah itu, sekitar pukul 18.00 WIB, saya kembali bertolak ke Jakarta menumpangi KRL dari Stasiun Tambun.

Bagaimana, tertarik untuk berkunjung ke Mengunjungi Museum Bekasi Gedung Juang 45?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com