Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Naskah Kuno Dipajang di Festival ICH UNESCO 2023, Apa Saja?

Kompas.com - 13/10/2023, 23:06 WIB
Perdana Putra,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

PADANG, KOMPAS.com - Puluhan naskah kuno dari abad ke-18 dan ke-19 dipajang di Festival Warisan Budaya Tak Benda memperingati Intangible Cultural Heritage Festival (ICHF) UNESCO 2023, mulai Kamis (12/10/2023) sampai Selasa (17/10/2023) di Agamjua Art & Cultural di Payakumbuh, Sumatera Barat.

Naskah kuno atau manuskrip yang ditampilkan, salah satunya Naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol atau Naskah TIB.

Baca juga:

Naskah yang ditulis pada abad ke-19 itu kini telah ditetapkan sebagai Ingatan Kolektif Nasional oleh Perpustakaan Nasional Indonesia, dan tengah diajukan menjadi Memory of the World ke UNESCO.

Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Syaifullah mengatakan, koleksi manuskrip yang dipamerkan berasal dari berbagai wilayah di Minangkabau, umumnya dari surau-surau tua.

Beberapa surau tersebut, seperti Surau Latiah, Solok; Surau Paseban di Padang; Surau Said Bonjol di Pasaman; Surau Tuo Taram; dan Surau Simaung, Sijunjung.

"Sebagiannya lagi merupakan koleksi yang selama ini tersimpan di rumah-rumah warga, di situs sejarah Rumah Mande Rabiah, atau di Museum Adityawarman," kata Syaifullah kepada wartawan, Jumat (13/10/2023), di Payakumbuh.

Baca juga:

Menurut Syaifullah, ditulis pada abad ke-18-19, manuskrip-manuskrip tersebut disajikan dan dalam bahasa Arab Melayu, oleh para ulama atau syekh, baik yang berasal dari Minangkabau maupun ulama dari Madinah yang datang ke Minangkabau untuk menyebarkan agama Islam.

Sebut saja Syekh Husain bin Muhammad atau Syekh Sialahan di Solok, Syekh Paseban di Padang.

Ada juga ulama-ulama asal Aceh seperti Syekh Samsuddin dan Syekh Abdurrauf, serta Syekh Ibrahim Mufti, ulama asal Madinah, yang mengambangkan Surau Tuo Taram.

Rumah Gadang Sungai Beringin, salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat
Wikimedia Commons Rumah Gadang Sungai Beringin, salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat

Sementara itu, Pramono dari Surau Intelectual for Conservastion (Suri) mengatakan, pameran ini bertujuan untuk mengenalkan kekayaan intelektual Minangkabau pada masa lalu yang terekam dalam manuskrip-manuskrip tersebut.

“Khazanah kekayaan intelektual kita di masa lalu, terekam dalam ribuan manuskrip. Ini baru sebagain yang dipamerkan. Setiap surau di masa lalu, punya kepustakaan sesuai kecendrungan keilmuan masing-masing surau,” terang Pramono.

Filolog yang juga akademisi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Padang itu menjelaskan, pameran ini juga bertujuan untuk mengangkat pengetahuan lokal yang terekam dalam berbagai manuskrip tersebut.

“Pengetahuan-pengetahuan lokal tersebut masih relevan dengan kondisi hari ini. Misalnya pengetahuan tentang mitigasi gempa, obat-obatan, atau kuliner,” jelas Pramono.

“Kita ingin masyarakat dan semua pihak terkati, menyadari arti penting manuskrip-manuskrip tersebut," imbuhnya.

Baca juga: Sejarah Pembangunan Kabah, Kiblat Umat Islam di Dunia

Untuk pameran naskah kuno ini, Dinas Kebudayaan Sumbar berkolaborasi banyak pihak mulai dari BPK Wilayah III Sumbar, hingga Surau Intelectual for Conservation (Suri) yang banyak melakukan penyelamatan dan digitalisasi manusrkip di Minangkabau.

Secara isi, manuskrip-manuskrip tersebut sangat beragam, mulai dari kitab fiqih, tasawuf, nahi, saraf, mantik, dan maani.

Ada pula yang berisi ilmu tajwid, seperti idgham, iqlab, berisi salawat kepada Nabi Muhammad serta zikir, tawasuf falsafi, serta yang berisi kuliner.

Baca juga: Kotagede, Lokasi Istana Pertama Mataram Islam

Manuskrip-manuskrip tersebut juga beragam secara bentuk dan penyajian. Sebagian manuskrip berupa kitab, sebagian lagi berupa azimat, ijazah, serta nazam, atau syair. Ada pula yang berupa surat.

Iluminisasi atau ragam hias yang ada di beberapa manuskrip juga ikut dipamerkan.

Iluminasi ini merupakan karya seni tersendiri yang mengandung arti tertentu. Tiap wilayah punya ciri iluminasi masing-masing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com