Kunjungan ke Museum Sumpah Pemudah disarankan sebaiknya mengikuti alur yang disediakan petugas museum.
Pertama, bisa dimulai dari ruangan pengenalan, kemudian lanjut ke ruangan organisasi para pemuda, ruangan kongres, dan diorama kongres.
Baca juga: Mengenal Tempat Lahirnya Sumpah Pemuda di Jakarta yang Dulunya Kos-kosan
Di bagian belakang museum terdapat ruangan diorama keluarga Sie Kong Lian, sang pemilik gedung Museum Sumpah Pemuda. Lalu ada ruangan yang menjelaskan mengenai indekos di Kramat 106, yaitu tempat tinggal pelajar Stovia dan pelajar Hukum pada masa itu.
Setelah itu pengunjung bisa pindah ke tiga ruangan terakhir, yaitu ruangan Indonesia Raya atau bisa juga disebut ruangan WR. Supratman, ruangan pramuka, dan ruangan interaktif.
Tidak perlu buru-buru untuk berpindah ke ruangan selanjutnya karena di beberapa ruangan punya fasilitas pendukung guna menyampaikan informasi kepada pengunjung.
Seperti halnya di ruangan WR. Supratman, terdapat fasilitas berupa layar interaktif yang berisi beberapa daftar lagu kebangsaan.
Pengunjung bisa mendengarkan lagu tersebut menggunakan headphone yang telah disediakan. Tidak hanya itu, di ruangan interaktif juga terdapat fasilitas rekam video secara mandiri.
Baca juga: Cara ke Museum Sumpah Pemuda Naik KRL dan Transjakarta
"Di sini pengunjung menyampaikan aspirasi dan harapannya melalui sebuah rekaman video. Video ini nantinya akan menjadi arsip museum," kata Fathul.
Ruangan interaktif ialah ruang terakhir di Museum Sumpah Pemuda. Apabila informasi yang diperoleh masih belum lengkap, pengunjung juga diperbolehkan kembali ke ruangan sebelumnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.