KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) menginfokan adanya seorang pendaki yang meninggal dunia di wilayahnya pada Sabtu (28/10/2023).
Diketahui, pendaki tersebut ialah seorang lanjut usia (lansia) usia 66 tahun yang diduga meninggal dunia karena kelelahan.
Melihat hal ini, Ketua Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Rahman Muhklis mengatakan bahwa pada dasarnya, dari APGI tidak ada regulasi tertulis terkait batasan maksimal usia seseorang boleh mendaki gunung.
Baca juga: Kronologi Pendaki Meninggal di Gunung Rinjani, Diduga Kelelahan
Regulasi tersebut, katanya, ada di pemerintah atau pihak swasta selaku pengelola masing-masing gunung.
"Ada juga beberapa gunung (yang punya batasan usia pendaki minimal dan maksimal)," kata Rahman kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (2/11/2023).
Guna menghindari agar kejadian serupa tidak terulang, beberapa tips mendaki berikut penting untuk disimak oleh calon pendaki, khususnya pendaki lanjut usia.
Menurut penjelasan Rahman, kesehatan ialah hal utama yang perlu dipastikan ketika seseorang hendak mendaki.
"Dimulai dari kesadaran kita sebelum mendaki, pastikan kondisi sehat dan bugar. Sehat dibuktikan dengan adanya bukti berupa surat kesehatan, dan pastikan cek dulu dengan dokter atau tim medis terkait," katanya.
Baca juga: Pendaki Meninggal di Gunung Rinjani, Jangan Paksakan Diri Saat Kelelahan
Terlepas dari berapa usia seorang pendaki, lanjutnya, sebaiknya jaga kebugaran tubuh sebelum mendaki gunung. Caranya bisa dengan latihan fisik seperti olahraga lari.
Kesiapan perlengkapan yang dimaksud seperti peralatan dan perbekalan. Pastikan semua perlengkapan sudah aman dan nyaman saat digunakan.
"Perlengkapan diri kita harus benar-benar aman dan nyaman semuanya dari ujung kepala sampai ujung kaki," tutur Rahman.
Beberapa perlengkapan yang wajib dibawa seperti jaket, jas hujan, kantung tidur atau sleeping bag, serta lampu kepala atau head lamp.
Tidak ketinggalan, asupan makanan seorang pendaki harus bergizi dan berkualitas. Hindari telat makan dan kekurangan air, serta pastikan asupan yang diterima tubuh berkualitas supaya badan tetap kuat selama di lapangan.
"Jangan lupa bawa PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), dan obat pribadi. Kalau yang lanjut usia biasanya mengonsumsi obat-obat tertentu, jadi harus dibawa untuk daya tahan tubuh," katanya.
Baca juga: Pendaki Asing Tersesat di Gunung Merapi, padahal Jalur Pendakian Masih Tutup
Menurut Rahman, perlengkapan PPP3 penting untuk dibawa sebagai antisipasi pertolongan awal jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Ditambah, akhir-akhir ini sudah masuk ke fase peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.
"Kalau musim kemarau tantangannya kan ada angin dan potensi kebakaran. Musim hujan juga tidak kalah menantang, kondisinya hujan, dingin, dan badai. Jadi, benar-benar harus aman semuanya," katanya.
Rahman menegaskan, seorang pendaki sebaiknya mengenali kondisi tubuh dan tidak memaksakan diri untuk lanjut mendaki ketika sudah lelah.
Ciri-ciri seorang pendaki kelelahan bisa diketahui dari denyut jantung yang terlalu cepat, wajah pucat, dan terengah-engah.
Biasanya, kata Rahman, mengetahui detak jantung seseorang bisa dilihat melalui alat ukur yang tersedia di jam tangan pintar atau hitung manual denyut nadi pada pergelangan tangan.
"Detak jantung setiap orang berbeda-beda, kalau detaknya terlalu cepat, harus istirahat dulu, berhenti, jangan jalan," katanya.
Baca juga: Ini Alasan Pendaki Gunung Rinjani Harus Lewat Jalur Resmi
Ketika istirahat, seseorang bisa mengobservasi lelah yang dirasakan. Jika dirasa terlalu lelah, kata Rahman, jangan memaksakan diri lanjut jalan menuju puncak.
Jika dirasa lebih baik untuk turun ke pos awal, sebaiknya pendaki kembali guna menghindari kecelakaan akibat kelelahan.
Pendaki pemula khususnya para lansia, disarankan untuk menggunakan jasa layanan kepemanduan. Jadi selama perjalanan mendaki akan ada biro perjalanan, tur operator, pemandu, dan porter untuk membantu membawa barang.
Baca juga: Pendaki Meninggal Hipotermia di Gunung Arjuno-Welirang, Ini Imbauan Pengelola
"Tetapi jika mau mandiri, melakukan pendakian tanpa pemandu dan porter boleh juga. Asalkan di dalam satu tim ada orang yangs udah berpengalaman," kata Rahman.
Pendaki lansia disarankan memilih gunung dan rute pendakian yang sesuai dengan kapasitas kemampuan diri.
"Pilih rute yang lebih mudah, sehingga untuk mereka yang usianya lanjut bisa nyaman, karena medannya tidak terlalu berat," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.