Ia menjelaskan, sebagian besar wisatawan mulai meninggalkan bentuk wisata yang konvensional untuk mencari pengalaman yang lebih otentik dan impresif.
Salah satunya tercermin dalam meningkatnya pengalaman dalam wisata kebugaran (wellness tourism), wisata alam (nature), dan wisata kuliner (food tourism) sebesar 10 persen pada 2023 dibandingkan 2019.
"Nah, selain itu wellness tourism juga akan menjadi tren yang tumbuh akibat kepenatan yang dirasakan selama dan pasca-pandemi. Tapi, bentuk pengalaman wellness-nya yang diinginkan terus berkembang, menjauhi pola konvensional. Jadi, mau cari new experience," terangnya.
Baca juga: Fakta tentang Wisata Kebugaran, Apa Bedanya dengan Wisata Kesehatan?
Contohnya, kata dia, adalah tren forest bathing yang berasal dari Jepang. Forest bathing adalah kegiatan alam yang bertujuan untuk menyegarkan tubuh secara emosional dengan cara menyinkronkan ritme kita dengan alam terbuka.
Seperti namanya, forest bathing diterjemahkan secara harfiah menjadi “mandi hutan”. Kegiatan ini mencakup menikmati hutan dengan cara berjalan kaki mengelilinginya dan menikmati apa yang ada di hutan tersebut, dikutip dari laman Universitas Gajah Mada.
Selain itu, ada juga tren bleisure atau perpaduan antara business and leisure. Tren ini dikatakan akan terus berkembang pasca-pandemi sebagai bentuk pariwisata yang produktif, inklusif, dan berkelanjutan.
"Mendapatkan pengalaman wisata yang lebih berkualitas. Ini tren pariwisata ke depan," pungkas Ayu.
Baca juga: Tren Wisata Kebugaran di Indonesia, Bali Jadi Pilihan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.