KOMPAS.com - Sejumlah pedagang batik Teras Malioboro 1 dan 2 mengaku masih sepi pembeli, meskipun kunjungan wisatawan di Malioboro terpantau ramai, pada Hari Raya Natal 2023.
Meskipun ada peningkatan penjualan dibandingkan hari biasa, namun jumlahnya tidak begitu signifikan.
Baca juga:
Siam (55) misalnya, perempuan yang berdagang baju batik di Teras Malioboro 1 ini, mengaku barang dagangannya hanya terjual maksimal sepuluh potong per hari.
“Hari biasa paling buat penglaris, kalau sekarang (libur Natal 2023) tidak sampai 10 potong, padahal tiga potong baju itu harganya Rp 100.000,” ujarnya saat dijumpai Kompas.com, Senin (25/12/2023).
Menurutnya, hal serupa dialami oleh sejumlah pedagang batik khususnya yang berada di area ujung atau sayap Teras Malioboro 1.
Kondisi serupa juga dialami oleh Suki (55) yang berjualan di Teras Malioboro 2. Padahal, lokasi toko batik Suki berada di tengah-tengah kawasan Teras Malioboro 2.
Meskipun lokasi tokonya cukup strategis di tengah Teras Malioboro 2, namun ia mengaku kenaikan penjualan pada libur Natal 2023 masih belum signifikan.
“Kalau hari biasa, bisa laku lima potong sudah senang. Sekarang, bisa 10-15 potong, tapi enggak pasti juga namanya rezeki,” ujarnya.
Suki mengungkapkan penjualan di lokasi baru ini, yakni Teras Malioboro 2 sangat turun drastis dibandingkan saat para pedagang masih berjualan di trotoar Jalan Malioboro. Kala itu, menurut Suki yang sudah berdagang batik di Malioboro sejak 1989, penjualannya bisa mencapai 200 potong pada masa liburan.
Seperti diketahui, sejak awal 2022 lalu, pedagang di sepanjang trotoar Jalan Maliboro dipindahkan ke Teras Malioboro 1 dan 2 yang masih berada di kawasan wisata itu.
“Kalau di luar (trotoar) hari santai sepi bisa terjual dua sampai tiga kodi, jadi sekitar 60 buah. Kalau pas liburan bisa sampai 200 potong,” terangnya.
Baca juga:
Informasi tidak jauh berbeda disampaikan oleh Aprizal (55) yang menempati kios di tengah Teras Malioboro 2. Aprizal yang sudah berdagang batik di Malioboro selama 25 tahun itu mengaku dagangannya naik sekitar 25 persen dibandingkan hari biasa.
“(Naik) 25 persen, enggak kayak dulu, bisa 50 persen lebih peningkatannya pas liburan. Terus terang saja wisatawannya naiknya luar biasa bisa sampai 50 persen tamunya, tapi daya belinya kurang,” ujarnya.
Para penjual menduga faktor tempat menjadi penyebab utama. Aprizal mengaku, lokasinya berjualan yakni Teras Malioboro 2 kurang nyaman karena atap pendek dan sempit.
Kondisi itu diperparah dengan cuaca yang sangat terik mencapai 33-34 derajat celcius, saat Kompas.com berkunjung ke lokasi tersebut.
Menurutnya, kondisi ruangan yang panas, pengap, dan sempit dapat mengurangi kenyamanan wisatawan saat berbelanja. Akhirnya, wisatawan tidak jadi berbelanja karena enggan berlama-lama melihat-lihat produk batik.
“Tamunya jadi enggak nyaman, pengap. Pukul 13.00 WIB sampai 17.00 WIB sore saja masih panas, padahal sudah dibantu kipas angin. Jadi ini, kendalanya tempat yang tidak layak, untungnya ikon wisata saja Malioboro, kalau enggak siapa yang mau masuk ke sini,” tuturnya.
Pernyataan Aprizal itu diamini oleh Suki. Menurutnya, wisatawan hanya melihat di toko bagian depan kemudian enggan berjalan ke belakang lantaran panas dan pengap.
“Di sini terlalu panas, begitu orang mau belanja kadang-kadang banyak yang tidak jadi karena merasa tidak nyaman, karena panas,” ucapnya.
Sementara, Siam menyatakan faktor lokasi mempengaruhi minat pengunjung untuk melihat barang dagangannya. Misalnya, pedagang yang memiliki kios di bagian ujung atau sayap lebih jarang dikunjungi wisatawan dibandingkan kios di area depan atau tengah.
“Paling orang ke sini lewat buat ke kamar mandi,” katanya.
Pernyataan para pedagang itu dibenarkan oleh pengunjung. Sejumlah pengunjung yang ditemui Kompas.com mengaku bahwa kondisi di Teras Malioboro, khususnya Teras Malioboro 2, panas.
Sur (55) misalnya, wisatawan asal Sragen tersebut mengaku jika suasana di dalam Teras Malioboro 2 terlalu gerah.
“Kalau enakan di luar (penjual di trotoar) karena enggak begitu gerah, tapi kalau rapi ya lebih rapi di sini (Teras Malioboro 2). Ini terlalu sempit, kalau banyak orang jadi berjubel,” ujarnya.
Baca juga:
Berdasarkan pantauan Kompas.com saat berkunjung ke Teras Malioboro 2 sekitar pukul 10.00 WIB hingga 12.00 WIB, wisatawan banyak dijumpai di toko bagian depan.
Saat berjalan menuju bagian belakang, suasananya memang semakin sepi. Hanya dijumpai satu hingga lima orang pembeli.
Selain itu, udara pengap dan panas terasa di Teras Malioboro 2. Sementara, kondisi di Teras Malioboro 1 lebih baik karena tidak terlalu panas dan pengap.
Namun, tidak jauh berbeda dengan Teras Malioboro 2, wisatawan banyak dijumpai pada toko-toko yang berada di area depan dan lantai 1 Teras Malioboro 1. Sementara, toko yang menempati bagian sayap maupun lantai 2 dan 3, cenderung lebih sepi pengunjung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Lihat postingan ini di Instagram